Makna Keberkahan Bisnis dan Rezeki (5) Habis

Hati, Feeling dan Intuisi yang Tentukan

Oleh: Yusron Aminulloh

MEPNews.id – Di akhir tulisan ini, mari kita membaca diri kita masing-masing. Karena Allah sudah memberi ilmu bawaan pada setiap manusia, asal dia jujur pada hati nuraninya.

Ilmu bawaan itu berupa kepekaan, feeling atau intuisi. Walau ilmu itu kalau tidak diasah akan “tumpul”. Kejernihnnya kabur, kepekaanya hilang dan bahkan “kabut asap” menutupi akibat rezeki yang tidak berkah.

Mari kita koreksi diri kita masing-masing betulkah bisnis kita ada keberkahan? Sudah betulkah jalan yang kita tempuh menjalani usaha? Sudah bersihkah rezeki kita?

Gunakan hati kita yang jujur untuk menilainya. Sudah pasti tidak ada manusia sempurna. Tetapi minimal kita menuju ke sana dalam melangkah memberkahi setiap langkah kita. Karena ukurannya sederhana dan simpel.

Bagi orang Jawa misalnya, rezeki berkah diterjemahkan sangat sederhana tapi maknanya dalam. Waktu butuh onok. (Waktunya butuh ada).

Coba analisa. Kayaknya biasa. Tapi mengandung terjemahan banyak. Rezeki berkah bukan uang yang melimpah, hidup bermewah-mewah, tapi ada saat dibutuhkan.

Bisa makan bersyukur, bisa beli kendaraan sebagai alat untuk bekerja sudah bahagia. Waktu anak mau bayar sekolah, tiba-tiba dapat rezeki, waktu keluarga ada yang sakit datang kemudahan. Itulah rezeki berkah versi sederhana.

Bahkan, orang tua kita mengatakan, tolonglah banyak orang, maka Allah akan menolongmu, bermanfaatlah hidupmu untuk orang banyak, maka Allah akan memfasilitasi hidupmu.

Nah, di sini feeling dan kepekaan dapat kita gunakan. Kalau ada orang dikasih rezeki melimpah, tapi tidak pernah menolong orang, tidak peduli sama orang lain, model ini disebut hidup tidak berkah. Bisnis sebagai tujuan, bukan alat.

Maka Islam memberikan pedoman utama ciri rezeki berkah:

Pertama, jiwa yang tenang, hati pun semakin mendekat pada Allah. Karena paham rezeki itu hanya titipan.

Kedua, rezeki yang membawa banyak manfaat bagi banyak orang. Inilah konteksnya. Manusia tugasnya meneruskan kepada yang membutuhkan.

Ketiga, jeluarga harmonis serta dikaruniai anak yang shaleh dan shalehah.

Kalau harta kita melimpah, tapi anak-anak nakal diluar batas, percekcokan tiada henti, maka wajib kita mengoreksi langkah bisnis kita. Jangan-jangan ada rezeki tidak benar yang mengaliri darah keluarga kita.

Jadi, teori panjang tidak ada gunanya. Sederhanya, kalau kita masih bisa senyum ceria bercengkerama dengan keluarga, beribadah dengan bahagia, tiada henti bersyukur, itulah salah satu tanda jalan usahanya kita berkah.

Sebaliknya, kalau kita masih menyimpan amarah, dikuasi nafsu dunia, suasana rumah dingin beku atau panas membara karena tiada rasa syukur pada-Nya, saatnya kita hati-hati dan waspada. Wasalam ***

Article Tags

Facebook Comments

Comments are closed.