Oleh: Calysta
SD Islamiyah Magetan
MEPNews.id – Magetan mempunyai banyak tempat wisata. Ada tempat perajin anyaman, pembuat batik dan tak kalah pentingnya ada pengrajin kulit. Kulit sapi bisa diolah menjadi berbagai macam barang, bahan sayur dan camilan (krupuk rambak). Krupuk rambak itu rasanya sangat enak dan gurih; aku sangat menyukai
Untuk melihat bagaimana kulit sapi diolah, saya berkunjung ke tempat pengolahannya. Alhamdulillah salah satu guru kami, Bu Pinda, memiliki tempat pengolahan kulit yang merupakan usaha keluarga turun temurun. Letaknya di Desa Mojopurno, tak jauh dari pusat kota Magetan.
Sebelum datang ke lokasi, Bu Pinda berpesan supaya saya membawa masker penutup hidung. Saya hanya membatin, mengapa harus memakai masker ya?
Setelah membuat janji dengan Pak Edi Sutjipto (pengusaha kulit, suaminya Bu Pinda), saya bersama Bu Iin guru saya meluncur ke Desa Mojopurno.
Pertama, Pak Edi mengajak ke gudang. Kami diperlihatkan kulit mentah yang telah diberi garam supaya tidak membusuk. Bau sangat menyengat langsung tercium. Oohh… ini alasannya saya harus pakai masker. Terjawab sudah.
Setelah itu, kami diajak ke gudang lain tempat proses penyamakan kulit. Dalam proses ini, kulit direndam dalam drum memakai obat tertentu dan gamping sehari semalam. Setelah itu, kulit dikerok bulunya. Lemak dan sisa daging turut hilang.
Selanjutnya, kulit di-split atau dibelah. Bagian luar diproses jadi kerajinan kulit. Bagian dalam menjadi rambak. Kulit luar yang basah diputar dalam drum pakai obat selama enam jam, sampai proses perendaman memakai kulit akasia, sampai pengeringan dengan dipentheng selebar mungkin.
Butuh waktu 30 hari untuk proses penyamakan sampai kulit siap dibuat menjadi aneka kerajinan.
Kulit hasil olahan Pak Edi dikirim sampai ke Yogya untuk dibuat menjadi sepatu, sandal dan tas. Juga ada yang diekspor ke Jepang.
Di Magetan, sentra industri kulit ada di Jalan Sawo yang menuju Sarangan. Banyak wisatawan mampir ke Jalan Sawo untuk mencari sepatu, sandal, tas, jaket dan lain-lainnya.
Ketika om dan tanteku serta anaknya liburan ke Magetan, mereka kami ajak ke Jalan Sawo.
“Tante, bagaimana kalau kita turun di jalan Sawo dulu sambil lihat-lihat,” ajakku sebelum ke Sarangan.
“Wah, ide bagus tuh,” jawab Tante.
“Yo, wes. Kalau gitu kita turun dulu,” kata Om.
Kami menuju sebuah took untuk mencari sandal kulit.
”Mama mau sandal itu?” tanya Farid sepupuku.
”Iya. Wah, model sandalnya bagus-bagus,” puji Tante.
”Iya dong, Tante,” kataku sambil berjalan ke etalase yang sepertinya Om tertarik juga.
”Om mau mencari sepatu juga ya?” tanyaku.
”Iya, nih. Om mau pilih sepatu kulit buat kerja, biar agak bergaya. Tapi ukurannya tidak ada yang cocok dengan kaki Om.”
Akhirnya, Om dan Tante mendapatkan sepatu yang diinginkan. Saya pun mendapat hadiah satu sandal.