Kejutan untuk Bu Dewi

Oleh: Ainni Rahayu

SDN Ringinagung 1, Magetan

MEPNews.id – Namaku Ainni. Aku duduk di bangku kelas IV SDN Ringinagung 1 Magetan. Meski sekolahku di pinggiran, tepatnya di desa, tapi semangatku tidak kalah dengan anak-anak di kota. Umurku menginjak 11 tahun pada Juli 2020.

Pernahkah kamu memiliki guru favorit di sekolah? Rasanya pasti senang sekali jika mempunyai guru idola. Nah, kali ini aku ingin menceritakan salah satu guru yang aku sayangi.

Namanya, Bu Dewi. Aku sering menyebutnya bidadariku. Beliau guru yang cantik dan sabar. Selain itu, Bu Dewi sering melucu di hadapan anak-anak, sering menceritakan pengalaman travelling. Mendengar cerita-cerita beliau, aku jadi banyak terinspirasi.

Kebiasaan Bu Dewi banyak sekali. Salah satunya, beliau setiap pagi menyirami pot-pot bunga di depan kelas. Aku juga sering membantu beliau menyirami bunga. Kata Bu Dewi, kita harus menyayangi semua makhluk Allah meskipun itu tumbuhan. Itu Allah juga selalu menyayangi makhluk-makhlukNya.

Bu Dewi sangat sabar menghadapi aku dan teman-teman. Suatu hari, seperti biasa, aku dan teman-teman Menunggu Bu Dewi masuk kelas. Saat itu berlangsung pelajaran Bahasa indonesi. Bu Dewi menerangkan materi di depan kelas.

Aku dan teman-teman ramai sekali. Bu Dewi menyuruh kami mengerjakan soal yang ditulis di papan tulis. Tapi aku dan teman-teman masih saja tidak menghiraukan. Teman-teman malah bergurau sendiri. Di barisan depan, Nalendra asik membaca Juz Amma. Daffa dan teman-temannya bermain lempar-lemparan kertas. Aku dan teman-temanku sibuk bercerita sendiri.

Tidak ada yang memperhatikan Bu Dewi. Lalu tiba-tiba Bu Dewi ke luar kelas. Aku dan teman-teman sampai tidak menyadarinya.

“Teman-teman, Bu Dewi ke luar kelas! Kita jangan ramai donk! Tuuu, kan. Sekarang Bu Dewi jadi marah ke kita!” kata Nayya salah satu temanku.

“Bagaimana kalo nanti Bu Dewi jadi gak mau mengajar kita?” sahut Sekar.

“Iya, benar… Terus gimana sekarang teman-teman? Ayo kita segera meminta maaf ke kantor!” ajak Nayya.

Lalu aku bersama-sama teman-teman menuju kantor untuk mencari Bu Dewi karena kami ingin meminta maaf atas kesalahan tadi.

Di dalam kantor, kami melihat Bu Dewi sedang duduk di bangkunya menghadap layar komputer. Hatiku deg-degan sekali. Aku takut Bu Dewi tidak mau mengajarku lagi. Segera aku dan teman-teman berjubel menuju Bu Dewi. Bayangkan sesaknya kantor yang tiba-tiba berisi kami 28 anak.

Aku dan teman-teman segera minta maaf.

“Bu Dewi…. Kami minta maaf, Bu!” sahut kami serentak kepada Bu Dewi.

Lalu Bu Dewi menyuruh kami kembali ke kelas. Kami pun langsung ke kelas untuk mengambil tas seperti apa yang telah diperintahkan Bu Dewi.

Di dalam kelas, teman-teman masih saja kembali gaduh. Tapi, suasana menjadi hening ketika Bu Dewi memasuki ruang kelas.

“Sekarang kalian semua ambil tas, dan ikut Bu Dewi ke kelas 2,” kata Bu Dewi.

Mendengar hal itu, hatiku kacau sekali. Ha…? Apa? Aku dan teman-teman diturunkan ke kelas 2? Bagaimana nanti reaksi ibuku mendengar hal itu?

Hatiku campur aduk. Bahkan, ada salah satu temanku menangis. Melihat hal itu, aku jadi ikut sedih. Lalu aku ikut menangis. Seisi kelas menangis. Aku dan teman-teman takut kalau benar-benar turun ke kelas 2 lagi.

Lalu, Bu Dewi memasuki ruangan kelas 2. Bu Dewi tidak marah kepada kami. Namun, kata Bu Dewi, jika masih ingin belajar di kelas ini maka aku dan teman-teman harus mengubah sikap.

Mendengar hal itu, aku senang sekali. Aku dan teman-teman berjanji tidak mengulangi kesalahan.

Bel berbunyi waktunya istirahat. Aku dan teman-teman berdiskusi membuat kejutan untuk Bu Dewi sebagai rasa terimakasih. Lalu, kami iuran uang untuk membeli kue. Uang yang terkumpul dibawa Nayya.

Esok harinya, aku dan teman-teman datang lebih pagi untuk menghias kelas. Nayya datang membawa kue berwarna biru muda dan putih dari toko Devira.

Bel berbunyi tanda masuk kelas. Aku dan teman-teman siap memberi kejutan. Narendra bertugas ke kantor memanggil Bu Dewi.

Ketika memasuki kelas, Bu Dewi terkejut melihat kami.

“Bu Dewi…., kami minta maaf atas kesalahan kami kemarin. Kami berjanji tidak mengulanginya,” kata kami dengan penuh harap.

Bu Dewi senang atas kejutan ini, dan tersenyum. Bu Dewi juga memvideo saat kejutan berlangsung. Aku lega, Bu Dewi sudah tidak marah lagi. Aku dan teman-teman memberikan kue kepada Bu Dewi. Sebelum makan, Bu Dewi menyuruh kami cuci tangan dan berdoa bersama-sama. Bu Dewi sangat senang, ia pun berterimakasih kepada kami.

Setelah kejutan selesai, Bu Dewi memberi hadiah games kepada kami.

Bu Dewi sangat penyayang dan sabar. Beliau juga pantang menyerah menghadapi masalah dan mengajar kami. Aku ingin sekali seperti Bu Dewi karena beliau telah membuat kami pandai. Aku harus belajar sungguh-sungguh agar bisa meraih cita-cita seperti yang diajarkan Bu Dewi. Aku ingin suatu hari nanti bisa membalas jasa guru-guruku yang telah membuatku pintar. (*)

Facebook Comments

Comments are closed.