Oleh: Moh. Husen
MEPNews.id – Pagi menjelang siang di hari Jumat saya ngopi-ngopi di warkop yang saya sebut dengan bahasa keren sebagai sebuah kantor. Setidaknya daripada sebuah kantor beneran namun pada prakteknya hanya dijadikan ngopi melulu tanpa progres produktif, setidaknya masih lumayan jika sebuah bisnis besar terjadi di warung kopi kecil. Itu alasan yang saya buat-buat saja. Dan karena yang lagi hangat adalah perbincangan mengenai Pilkades jadinya di mana-mana, termasuk di warkop, orang mulai kasak-kusuk memperbincangkan calon-calon Kades.
Saya kagum dengan keberanian mereka. Membayangkan Pilkades saja, yang muncul di benak saya selaku wong cilik bermental cemen adalah: bagaimana kalau setelah penghitungan suara, hasil suaranya cuma 10 atau 20 orang pemilih saja? Belum lagi biasanya dalam berkompetisi, antar calon saling membuka aib agar suara pihak lawan turun drastis. Sehingga orang awam yang tidak tahu tentang keburukan masa lalu seorang calon, bisa tertawa lucu: “Oh ternyata Si Anu pernah gini ya, hehehehe…”
Alhamdulillah Jumat pagi menjelang siang itu saya bertemu dan ngopi-ngopi dengan salah satu calon kepala desa yang mengeluhkan fenomena masyarakat yang kurang begitu tertarik dengan program kemajuan desa, tapi lebih tertarik dengan “kamu ngasih saya duit berapa”. Dia juga menceritakan calon-calon yang mulai jual sawah sebagai modal persaingan di Pilkades.
Setelah shalat Jumat sebelum saya menghadiri sebuah acara di hotel A, saya ngopi-ngopi lagi di luar stadion sepak bola. Tema obrolan terbesar kami relatif sama. Soal serunya Pilkades. Kami berbicara bagai para pakar. Kalau kami mau, obrolan kami bisa kami video dan kami upload sendiri ke YouTube. Zaman sekarang tak perlu menunggu berprestasi untuk masuk TV. Semua orang punya media TV sendiri di internet, lantas di-share kemana-mana. Dan lagi-lagi, ini sekedar sok gaya saja karena mana mungkin obrolan kami bisa menandingi para pengamat Pemimpin di TV.
Perubahan memang butuh waktu. Tapi tetap harus dijalankan dan dicicil sedikit demi sedikit. Sangat mungkin sekali perubahan itu terjadi saat generasi cucu-cucu terjauh kita kelak. Yang pasti sebagai penikmat kopi hitam harapan saya sederhana saja, yakni semoga Pilkades serentak di Banyuwangi ini berjalan dengan aman dan lancar. Dari sini semoga lahir pemimpin yang memang mengabdi kepada rakyat dan menyejahterakan rakyat.
Tulisan ini memang sangat jauh dari tema-tema kritis Pilkades seperti Pemimpin Anti Korupsi, Pemimpin Cerdas Masyarakat Cerdas, Pemimpin Uswatun Hasanah, Pemimpin Pluralisme, Pemimpin Sang Pengayom, Pemimpin Peduli Rakyat Kecil, Pemimpin Gaptek IT, Pemimpin Sak Karepe Dhewe, dan lain sebagainya.
Tulisan ini sekedar harapan yang sederhana saja. Semoga Pilkades aman dan lancar. Sabtu 29 Juni 2019 adalah hari pertama pendaftaran bagi para calon kepala desa.
Selamat mendaftar bagi yang mendaftar. Saya mau ngopi. Jangan ada yang guyon: “Lho, tulisan Ente mengkritik gitu? Ente jangan kakehan gaya thok, hehehehe…”
(Banyuwangi, 29 Juni 2019)