Oleh: Moh. Husen
MEPNews.id – Rahasia adalah rahasia sehingga kalau saya masuk toko buku kemudian mendapati judul misalnya Rahasia Puasa, Rahasia Tabah, termasuk juga Rahasia Sukses Dunia Akhirat, pemikiran konyol saya berbisik: “Lha iya, judulnya saja rahasia, tapi lha kok malah justru isinya membuka rahasia? Mestinya rahasia itu ya dirahasiakan. Jangan dibocorkan dan dipublikasikan…”
Jadinya saya punya alasan kalau sekarang saya menulis dengan judul Cerita Rahasia di Jember, maka segala cerita yang terjadi di Jember tidak bisa saya tulis. Lha wong namanya saja rahasia. Mana mungkin saya bisa menuliskannya? Apalagi kalau yang dimaksud cerita rahasia disini misalnya tatkala malam di Jember saya sempat ngopi sebentar di warung tepi jalan. Tentu ini rahasia yang sangat rahasia, yang kalau tidak saya rahasiakan menjadi sangat jelas seberapa tebalnya, eh seberapa tipisnya isi dompet saya.
Lain halnya kalau kapan-kapan saya ngopi di cafe yang mewah. Barulah yang ini harus saya ceritakan. Harus saya pemerkan. Saya foto. Saya upload di medsos pribadi saya. Supaya disangka pertanda dompet saya lagi tebal. Dan mohon jangan dihina: “Jangan-jangan tebalnya dompet itu karena barusan dapat cairan pinjaman, hehehehehe…”
Kalau tadi saya singgung bahwa ada pemikiran konyol saya, maka sebenarnya ada juga pemikiran tidak konyol saya. Tapi justru untuk menutupi pemikiran konyol saya maka pemikiran tidak konyol saya ini saya rahasiakan saja agar saya tidak dianggap pamer. Bayangkan jika saya dianggap pamer. Bayangkan jika setiap yang ditampakkan atau setiap yang tidak dirahasiakan selalu dianggap pamer. Sehingga orang menampakkan diri ke masjid dianggap pamer. Orang menampakkan puasa dianggap pamer. Menampakkan motor dan mobilnya dianggap pamer. Bahkan menampakkan bajunya dianggap pamer sehingga mending telanjang saja.
Saya tidak sedang berkata halus atau menyindir-nyindir bahwa terkadang betapa cepatnya seseorang menuduh pamer terhadap orang yang tarawih atau tadarus di masjid, sedangkan terhadap orang yang ke warung kopi pakai mobil kok malah dianggap memberi contoh dan support yang baik bahwa ia seolah-olah bertutur: “Makanya kerja keras dong. Jangan jadi orang yang pemalas. Ngopa-ngopi terus saja kerjaannya. Atau mainan HP melulu…”
Saya justru memamerkan kekonyolan saya. Ah, pamer kekonyolan itu memang sebuah jenis kekonyolan yang benar-benar konyol dan lucu. Sebaiknya saya rahasiakan saja deh. Saya ceritakan saja cerita yang lain.
Setelah acara malam Nuzulul Quran di sebuah masjid telah usai, sekitar pukul 22.00 wib, berangkatlah saya dengan beberapa teman ke Jember. Di mobil kami bercerita yang lucu-lucu sehingga tak terasalah kami tiba-tiba sudah masuk Jember. Setelah sahur dan lain sebagainya, siang harinya berangkatlah kami ke sebuah acara yang penuh rahasia dan tanda tanya.
Kalau hasil pemilihan presiden dan legislatif periode 2019-2024 sudah dibacakan oleh KPU dan sudah jelas hasilnya. Tapi kalau acara siang hari kami ini, masih belum jelas hasilnya. Menunggu beberapa hari lagi baru bisa jelas. Demikianlah cerita singkat rahasia di Jember yang beberapa hari kedepan sudah bukan menjadi sebuah rahasia lagi.
(Jember, 22 Mei 2019)