Oleh: Moh. Husen
MEPNews.id – Puasa disebut puasa tergantung karena niatnya. Memang demikianlah Tuhan sangat mempermudah hambaNya. Hanya dengan password niat puasa maka si hamba sudah langsung berdekapan dengan Tuhan.
Nabi Musa pernah cemburu dan ingin bulan puasa ini dihadirkan oleh Allah di zamannya. Tapi, keinginan ini ditolak karena bulan puasa ini merupakan privilege untuk Nabi Muhammad SAW beserta umatnya.
Seistimewa itu puasa bagi orang yang beriman dan passwordnya cuma dengan niat.
Jangan disamakan dengan cara pandang kekinian yang selalu meragukan kemewahan serta dianggapnya pasti murahan jika untuk memperoleh apa saja bisa sangat mudah dan tidak mahal. Kalau Tuhan bilang pendusta agama adalah mereka yang menghardik anak yatim dan enggan memberi makan si miskin, bisa-bisa muncul pertanyaan iseng dari kaum kekinian: “Kok gampang sekali. Kalau cuma ngasih makan orang miskin, gampang kok. Yang sulit itu hafal Quran, hafal tafsir Hadits dan kitab-kitab para ulama.”
Tuhan menurunkan semua petunjuk firmanNya untuk dekat dan berhubungan denganNya dengan prinsip tidak untuk mempersulit manusia. Ma anzalnal qur’ana litasyqo. Quran surat Thoha ayat 2.
Jadi sangat lucu jika ada manusia mempersulit dirinya sendiri dalam berhubungan dengan Tuhan. Sedangkan Tuhan sendiri sangat menggampangkan. Tuhan sangat dekat dan langsung. Tidak sulit-sulit dan berbelit-belit. Manusia saja yang tak kunjung yakin bahwa Tuhan sangat dekat dan milik kita semua.
Siapapun kita boleh berhubungan dengan Tuhan. Wa la tai’asu mirrauhillah. Janganlah kita berputus asa dari kasih sayang Allah. Jangan menyangka Allah tidak sayang sama kita semua meskipun kita pendosa dan kotor sekotor apapun itu. Tuhan tetap menerima kita kapan saja asal kita mau menuju kepadaNya. Dalam bahasa agama, disebut taubat.
Nah, karena segala sesuatu tergantung dari niatnya. Maka, di penghujung niat puasa Ramadhan, terdapat kalimat niat lillahi ta’ala. Bahwa puasa yang kita jalani ini hanya untuk Allah. Bukan untuk supaya warung tutup (padahal warung sangat diperlukan bagi para musafir yang memang boleh tidak berpuasa).
Islam mengajarkan puasa itu harus lillah. Jika puasa tanpa lillah, maka tak jauh beda dari diet dan pahala jasmani yang lainnya. Puasa akan menghantarkan seseorang mencapai wilayah ruhani jika pelakunya lillah. Hanya untuk Allah.
Adakah diantara kita yang penasaran dengan pengertian ruhani? Bedanya jasmani dengan ruhani itu apa? Nikmat apa enggak sih ruhani itu? Apakah ruhani itu sejenis surga? Apakah ruhani itu adalah jenjang berikutnya dari jasmani? Haruskah kita mengerti ruhani?
Jika penasaran, bertanyalah kepada siapa saja hingga menghantarkan kepada jawabannya. Tukang parkir di jalan bisa jadi dititipi Allah rahasia ruhani.
Surabaya, 9 Mei 2019