MEPNews.id – Antusiasme terhadap peluncuran novel Mariposa karya Hidayatul Fajriyah menghadirkan optimisme bagi penerbit Gramedia. Novel ini bisa meneruskan kesuksesan novel best seller karya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini yang berjudul ‘EL’. Meski baru memasuki tahap pre order, novel bergenre teen fiction comedy ini sudah terjual 17.849 eksemplar.
Mariposa yang dalam bahasa Spanyol berarti ‘Kupu-kupu’ ini ditulis sejak setahun lalu. Novel kelima Hidayatul Fajriyah ini diawali dari tulisan versi digital di Wattpad. Di aplikasi ini, novelnya dibaca hingga 74 juta kali. Karena mendapatkan respon positif dari pembaca, novel ini naik cetak. Bahkan, novel ini sudah dilirik rumah produksi Starvision sebelum diterbitkan Gramedia.
“Alhamdulillah, ketika Novel Mariposa masih ditulis di wattpad, pihak Starvision langsung menghubungi dan mengajak kerjasama untuk mengadaptasinya ke layar lebar,” kata mahasiswi Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) ini, dikutip umm.ac.id edisi12 Januari 2019.
Dalam pembuatan film ini, Hidayatul Fajriyah mendapat banyak pengalaman. Terlebih, ia dilibatkan langsung oleh Starvision dalam pembuatan naskah film Mariposa.
“Penulis naskahnya Alim Sudio dan akan disutradari Fajar Bustomi. Dalam pembuatan naskah, saya banyak dimintai saran,” ujar gadis asal Lamongan tersebut.
Novel Mariposa bukan satu-satunya karya Hidayatul Fajriyah yang difilmkan. Pada 2018, novel keempatnya ‘EL’ juga telah difilmkan dengan judul yang sama. Berbeda dengan ‘EL’, Mariposa mengangkat cerita yang lebih ringan. Tidak hanya kisah percintaan, tapi juga persahabatan, kekeluargaan dan dunia anak SMA.
Novel ini dikemas dengan sentuhan komedi khas anak muda kekinian. Menceritakan perjuangan Acha, gadis manja dan hiperaktif yang jatuh cinta kepada Iqbal yang berperangai cuek. Acha berjuang mendapatkan hati Iqbal. Acha mengibaratkan Iqbal sebagai kupu-kupu.
“Kupu-kupu memiliki filosofi jika dikejar ia akan menjauh. Jika tidak dikejar dan didiamkan saja, ada kemungkinan tetap lari dan menjauh atau justru akan berhenti dan mendekat,” paparnya.
“Semoga dari film kedua yang diadaptasi dari novel saya ini semua pembaca suka dan puas sehingga mau menonton berulang-ulang,” tandas Luluk optimis.
Tradisi prestasi senantiasa dipupuk ke tiap civitas akademika UMM. Tidak hanya mendorong mahasiswa berinovasi lewat karya dan pengabdiannya, dosen dan karyawan juga didorong punya kiprah serupa.
“Hal ini lantaran komitmen UMM untuk turut berkontribusi pada kemajuan Indonesia melalui ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Rektor UMM, Dr. Fauzan, M.Pd di kesempatan berbeda. Prestasi Hidayatul Fajriyah ini sebagai salah satu pembuktiannya.
Sejak terdaftar sebagai mahasiswa baru, mahasiswa sudah diarahkan dan didorong untuk mengendepankan nalar ilmiah. Salah satunya melalui dibudayakannya penulisan karya ilmiah berupa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Selain itu, mahasiswa memiliki kesempatan luas untuk mengembangkan kemampuan akademik, minat dan bakatnya. “UMM merespon secara positif dan antusias dengan menjadikan hari Sabtu sebagai Student Day,” kata Fauzan.
Pada hari tersebut, mahasiswa melakukan kegiatan secara mandiri maupun kolektif sebagai bentuk aktualisasi dan pengembangan diri dalam berbagai bidang seperti, keagamaan, minat bakat, keprofesian dan kebudayaan. (bel/can/Humas UMM)