mepnews.id – Di Universitas Gadjah Mada ada sistem penyediaan air minum seperti layaknya di kampus-kampus Amerika, Eropa dan Australia. Banyak yang merasa terbantu dengan kebradaan Toyagama ini. Namun, masih diperlukan perluasan dan pemaksimalan gunanya.
Dikabarkan situs resmi ugm.ac.id, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Toyagama menghasilkan air siap minum yang diproduksi UGM dari sumber Mata Air Umbul Pace. Wujudnya berupa air siap minum perpipaan yang bisa dikonsumsi melalui water fountain dan water dispenser di setiap fakultas. Toyagama juga menyediakan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) galon dan botol ukuran 330 mL, 600 mL, dan 1,5 L.
Hilmy, mahasiswa Fakultas Psikologi, menggunakan fasilitas Toyagama sejak menjadi mahasiswa baru pada 2022. “Saya menggunakan Toyagama untuk diisi ke botol minum isi ulang yang saya bawa dari rumah,” ucap Hilmy
Testimoni serupa diungkapkan Jauza, mahasiswa Fakultas Biologi. Ia kerap mengisi wadah minumnya dengan air Toyagama. “Saya mengkonsumsi air Toyagama sejak kuliah kembali dilaksanakan secara luring,” katanya.
Kedua mahasiswa itu mengungkapkan, penggunaan Toyagama sangat praktis sebab hanya butuh botol air untuk diisikan. Kemudian, fasilitas ini gratis dan dapat digunakan sewaktu-waktu. “Tinggal mengisi di keran Toyagama gratis,” ujar Jauza.
Sebelum dikonsumsi warga UGM, ada prosedur panjang untuk menjamin air Toyagama diproduksi sesuai dengan standar mutu kesehatan. Proses pre-treatment berupa penyaringan melalui sand filter dan carbon filter, ultrafiltrasi, dan ultraviolet, dilakukan atas air dari sumber. Untuk AMDK, ada prosedur tambahan ozonisasi sebagai desinfektan agar air lebih higienis dan awet. Air perpipaan diolah lebih lanjut dengan treatment ulang berupa filter dan UV di masing-masing unit water fountain.
“Penjaminan mutu Toyagama dilakukan dengan pengecekan rutin terhadap air baku dan air siap minum yang diproduksi,” ujar Wiwit Wijayanti SIP MSc, Manajer Utama UGM Residence yang mengelola Toyagama.
Pengecekan dilakukan harian di laboratorium Toyagama, dan pengecekan mingguan dan bulanan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Mutu Toyagama diakui lembaga penjaminan mutu makanan dan minuman yang dibuktikan dengan sertifikasi halal dan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM-RI).
Selain itu, Toyagama memenuhi standar keamanan dan mutu pangan olahan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI). Perolehan sertifikasi ini melalui serangkaian pengujian kualitas produk, penilaian tata kelola serta audit lapangan dari lembaga penerbit sertifikasi.
Adanya layanan Toyagama menunjukkan komitmen UGM untuk menunjang penyediaan air minum di wilayah kampus bagi sivitas akademika. Penyediaan layanan air isi ulang di wilayah kampus menunjang program lingkungan dengan meminimalkan sampah.
Program perlu didukung gerakan penggunaan wadah minum isi ulang dari pengguna. Menggunakan wadah yang dapat digunakan berulang kali dapat meminimalkan jumlah sampah plastik kemasan sekali pakai. Penggunaan wadah minum seperti ini juga membantu penanganan krisis sampah yang terjadi belakangan ini di Yogyakarta.
Tindakan penggunaan botol minum isi ulang ini didukung Rektor melalui Surat Edaran Rektor UGM Tentang Kewajiban Pengelolaan Sampah di Lingkungan UGM. Rektor UGM meminta sivitas akademika menggunakan wadah minum sendiri.
Toyagama selaku penyedia air minum di UGM mendukung kebijakan ini. Wiwit menuturkan, pihaknya juga meningkatkan kesiapan produksi dan pemanfaatan air perpipaan dan AMDK galon.
“Kami berkolaborasi untuk penambahan titik water fountain agar mahasiswa lebih mudah mengisi botol minumnya dengan air,” ucap Wiwit.
Ia menambahkan, dilakukan kesiapan produksi galon dengan penyediaan stok yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air minum di area atau kegiatan yang tidak dapat mengakses water fountain.
Jauza dan Hilmy setuju dengan surat edaran Rektor tersebut. “Kebijakan ini dapat membantu mengurangi sampah AMDK sehingga tidak terjadi penimbunan berlebihan, utamanya di Fakultas Biologi,” harap Jauza.
Hilmy menekankan, upaya ini sebagai bentuk dukungan terhadap penyelesaian permasalahan sampah di Yogyakarta.
Namun, Jauza melaporkan kran di Fakultas Biologi memiliki aliran air pelan sehingga mahasiswa kadang harus antre panjang untuk isi botol. “Tidak jarang, kami mengisi di keran fakultas lain jika keran di fakultas kami tidak menyala,” ujar Jauza.
Ia berharap Toyagama dapat menambah salurannya sehingga mahasiswa tidak perlu antri terlalu panjang.
Luasnya area UGM juga membuat pemantauan kondisi instalasi atau water fountain tidak dapat dilakukan dengan cepat sehingga muncul keluhan aliran air kecil atau tidak mengalir.
Wiwit menyebutkan, Toyagama akan lebih banyak melakukan pemenuhan kebutuhan air minum sekaligus melakukan edukasi kepada stakeholders agar dapat bersama-sama menjaga kualitas layanan dengan baik.
“Harapan ke depan, Toyagama dapat memenuhi seluruh kebutuhan air minum UGM dan menjadi produk lokal kebanggan UGM yang mendukung kualitas kesehatan civitas UGM.” (Lazuardi)
POST A COMMENT.