mepnews.id – Mahasiswa tidak selalu identik dengan kesibukan di ruang kuliah atau kegiatan kemahasiswaan untuk menyalurkan minat dan bakat. Ada kalanya mahasiswa memberikan sumbangsih bagi masyarakat dengan cara yang tidak biasa.
Dikabarkan situs resmi ugm.ac.id, mahasiswa yang terakhir itu salah satunya adalah komunitas Lokalogi. Komunikas mahasiswa di Universitas Gadjah Mada ini biasa terjun langsung memilah dan mengelola sampah di kampus. Tujuannya sederhana; berkontribusi mengatasi persoalan sampah di kampus dan di Yogyakarta.
Yudhistira Wiranusa Sumantri, selaku Ketua Lokalogi, memaparkan komunitas ini lahir dari kepedulian anggota Pramuka UGM terhadap isu sampah. Lalu mereka mulai eksekusi pengelolaan sampah. Lalu, Lokalogi dibentuk pada 2023 dan mulai menjalankan kegiatan dengan fokus pengelolaan sampah selama kegiatan Pramuka.
“Kami merasa perlu ada tindakan nyata terhadap masalah sampah,” ujar mahasiswa prodi Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil, Fakultas Teknik, ini.
Setelah setahun, bertepatan Hari Lingkungan Hidup pada 5 Juni 2024, Lokalogi resmi diluncurkan di Balairung UGM. Peluncuran dihadiri berbagai pihak, termasuk Direktorat Kemahasiswaan UGM, UGM Residence, UKM, serta komunitas peduli lingkungan lainnya.
Yudhistira mengatakan, Lokalogi mendapatkan banyak dukungan dari universitas untuk menjalankan komunitas.
Pada Juli 2024, Lokalogi berbagi ilmu melalui Event Waste Management (EWM) yang dirancang untuk membantu panitia dan peserta dalam memilah dan mengolah sampah selama acara Pramuka.
“Sebelum kegiatan, biasanya kami melakukan pelatihan untuk membantu teman-teman mengerti bagaimana memilah sampah dengan benar,” katanya.
Lokalogi telah melaksanakan beberapa kegiatan. Salah satunya, mengelola sampah pada acara besar di UGM. “Kami terlibat dalam dua event besar, yaitu Pionir dan Gelex. Pada Pionir, kami mengelola sampah bersama 93 volunteer. Pada Gelex, 144 anggota,” jelas Yudhistira.
Dalam mengelola sampah Gelex, Lokalogi menerapkan konsep reduce waste to landfill. Konsep ini mengurangi sampah yang terbuang ke TPA.
Lokalogi menjaga titik tempat sampah terpilah dan mengedukasi sekitar 10.000 pengunjung setiap hari. Yang paling dominan ialah wadah plastik makanan dan minuman, diikuti sampah kertas. Keduanya termasuk sampah anorganik.
Lokalogi mengklasifikasikan sampah menjadi tiga kategori utama: organik, anorganik, dan residu. Sampah organik, yang mencakup sisa makanan dan bahan-bahan biologis lainnya, digunakan sebagai pakan makhluk hidup atau diolah menjadi kompos. Sampah anorganik, yang terdiri dari plastik, kertas, dan logam, diserahkan kepada mitra daur ulang seperti Daur C, Torsi, dan Duitin. Sampah residu, yang tidak dapat didaur ulang, dikumpulkan dan dikelola pihak ketiga seperti PIAT.
Tantangan terbesar bagi Lokalogi adalah meningkatkan kesadaran mahasiswa dan masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah. “Masih banyak mahasiswa yang kurang peduli terhadap pengelolaan sampah, terlebih mahasiswa yang membuat acara-acara besar di UGM. Beberapa dari mereka masih sering meninggalkan sampah sembarangan setelah acara. Panitia kurang memberikan regulasi pengelolaan sampah. Itu yang menjadi tantangan sekaligus motivasi kami,” ungkapnya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Lokalogi merencanakan berbagai inisiatif edukasi dan pelatihan. Program-program pelatihan akan diperbanyak. “Rencananya, kami melakukan Forum Group Discussion. Tujuannya, untuk membagikan ilmu kepada mahasiswa dan masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah dan meningkatkan partisipasi mereka,” kata Yudhistira.
Program edukasi ini untuk menyebarluaskan informasi tentang cara memilah sampah dengan benar dan dampak dari pengelolaan sampah yang baik terhadap lingkungan. Dengan pendekatan ini, Lokalogi berharap dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi seluruh elemen komunitas.
Yudhistira dan tim Lokalogi memiliki harapan besar untuk masa depan komunitas ini. Ia ingin Lokalogi menjadi contoh dan pionir pengelolaan sampah. “Kami berharap, setiap kegiatan di UGM dapat mempertimbangkan pengelolaan sampah sebagai bagian integral dari perencanaan acara,” tambahnya.
Komunitas ini bertekad terus berinovasi dan meningkatkan cara mengelola sampah serta mempengaruhi perubahan positif di sekitar mereka. Dengan dukungan dari berbagai pihak dan kesadaran yang terus berkembang, Lokalogi diharapkan dapat mencapai tujuan dan memberikan dampak berarti bagi lingkungan di UGM dan Yogyakarta. (Lintang)
POST A COMMENT.