mepnews.id – Vertigo, atau kondisi rasa pusing dan perasaan tidak seimbang, dapat menyerang siapa saja tanpa batasan usia atau profesi. Jika tidak ditangani dengan benar, efeknya bisa mengganggu kesejahteraan diri.
Dikabarkan situs resmi unesa.ac.id edisi 25 Januari 2024, dr Ariesia Dewi Ciptorini SpN, dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), membagi vertigo ke dua kelompok.
Pertama, true vertigo yang disebabkan gangguan sistem keseimbangan tubuh. Aktivitas yang memicu true vertigo antara lain perubahan posisi kepala yang terlalu cepat. Kedua, pseudo vertigo yang disebabkan gangguan di luar sistem keseimbangan tubuh. Pemicunya aktivitas psikogenik antara lain cemas, depresi, histeria, dan sejenisnya.
Vertigo juga dapat berkaitan dengan faktor psikologis, antara lain berpikir keras yang dapat menjadi pemicu gangguan psikogenik.
Dewi menekankan, vertigo adalah gejala dan bukannya penyakit. Jika vertigo sering kambuh berarti penyebabnya belum tertangani secara holistik atau menyeluruh. Efek jangka panjangnya antara lain risiko meningkatkan tingkat keparahan kualitas maupun kuantitas penyakit yang mendasarinya.
Lalu, Dewi memberi beberapa tips untuk mencegah kambuhnya vertigo. Pertama, penanganan terhadap penyakit yang mendasari adanya gejala vertigo. Kedua, pola tidur yang teratur dan cukup. Berikutnya, pola hidup sehat seperti makan makanan dengan gizi seimbang, minum air yang cukup, aktivitas seimbang, dan olahraga teratur.
Pada kasus pseudovertigo akibat kondisi psikologis seperti konsentasi atau berpikir terllau keras, relaksasi atau istirahat merupakan langkah awal yang bisa diambil untuk meredakannya. Manajemen psikologis yang baik juga membantu meringankan gejala vertigo.
Terakhir, manajemen psikologis yang baik juga harus dijaga seperti menghindari faktor-faktor yang mencetuskan ansietas, stres, depresi dan masalah psikologis lainnya. (M. Dian Purnama)