Dek, Jangan Mau Jadi Korban Breadcrumber ya…

Oleh: Esti D. Purwitasari

mepnews.id – Lagi-lagi, seorang kemenakan saya curhat.

“Te, Si Fulan itu kirim pesan WA romantis ke aku. Tempo hari dia juga ngirim sekotak permen saat aku ulang tahun. Tapi, kalau ketemu hadap-hadapan, dia cuek saja.”

“Sejak kapan kamu kenal dia?” tanya saya.

“Dia anak fakultas teknik. Dikenalan teman padaku saat semester satu. Dia menarik, kerena abis, tapi diem banget,” kemenakan saya menjelaskan.

“Apa dia punya pacar?”

“Kata temanku sih dia gak punya pacar. Beberapa kali ngasih perhatian ke aku, tapi dia koq biasa saja ya?

“Oh, barangkali sekadar breadcrumbing?”

“Lah, koq seperti Hansel and Gretel?” tanya dia sambil tertawa.

“Bukan. Itu kan dongeng remahan roti agar tidak tersesat. Breadcrumbing ini dalam konteks hubungan interpersonal, khususnya yang bau-bau romantik, gitu!”

“Oh, gitu.”

“Istilah ini berkembang di media sosial dan komunikasi digital. Gara-gara aplikasi kencan online.”

“Tapi, saya gak terlibat kencan online. Si Fulan bisa saja saya temui di kampus.”

“Meski offline, perilaku breadcrumbing bisa terjadi. Ketika seseorang memberikan tanda atau pesan samar, terkadang hanya sesekali, untuk membuat orang lain tetap tertarik atau terlibat dalam hubungan dengannya, meskipun sebenarnya dia tidak memiliki niat serius atau siap terlibat lebih mendalam, itu namanya breadcrumbing. Pelakunya disebut breadcrumber.”

“Perhatian semacam kotak permen dari Si Fulan?”

“Bisa jadi begitu. Dia memberikan hadiah, atau ngirim foto, pesan, atau sekadar perhatian, tapi dia tidak menunjukkan sikap tegas saat bertemu langsung. Tante paham jika kau jadi merasa bingung, atau tidak pasti sehingga terus menunggu tanda-tanda jelas dari Fulan.”

“Iya, memang begitu. Sampai sekarang dia tidak juga menunjukkan kepastian. Sampai-sampai saya mengalami kebingungan emosional.”

“Hahaha… jangan sampai emosi jiwa lah.”

“Koq kita jadi bercanda?”

“Ya, nggak usah ditanggapi terlalu serius. Yang suka kamu kan bukan cuma Si Fulan?”

“Tapi aku suka dia.”

“Duh, adek kecil sedang keasmaran.”

“Bagaimana caranya mendapatkan ketegasan agar dia tidak terus-menerus breadcrumbing?

“Ya, kau harus berani menunjukkan ketegasan. Caranya, temui dia dan komunikasikan apa yang kau harapkan. Jelaskan apa yang kau cari, apa ekspektasimu. Lalu tunggu reaksi dia.”

“Terus?”

“Kalau dia bicara masih samar-samar, mintalah yang lebih konkret. Bukan hanya kata, tapi komitmen. Terus, bukan hanya janji, tapi bukti.”

“Langsung, gitu? Tapi aku kan perempuan?”

“Ya, iya lah. Breadcrumbing itu makan waktu tapi tidak jelas, mengganggu emosi tapi tanpa kepastian. Maka, salah satu cara mengatasinya adalah dengan menunjukkan ketegasan. Ya atau tidak. Apa pun hasilnya, kau bisa melepaskan diri dari perasaan galau dan bisa fokus ke hal lain yang lebih perlu diperhatikan. Jangan buang-buang waktu dan energi untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan visi besarmu.”

“Eh, iya Tante. Perempuan juga bisa tegas.”

Facebook Comments

Comments are closed.