Saat Sandal Berbaris di LDKS SMK Muhammadiyah 5 Babat

mepnews.id – Sejumlah 49 aktivis Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Hizbul Wathan (HW) disertai tujuh siswa senior SMK Muhammadiyah 5 Babat, Lamongan, menggelar Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) di DeDuran Park, Wonosalam, Jombang pada 24 – 26 November 2022.

Di antara beberapa aktivitas serius dan besar, ada pemandangan sederhana namun menarik di Bido Hall dan di Grand Anjasmoro Hall tempat mereka melakukan salat jamaah atau menerima materi. Di pintu masuk hall, tampak sandal atau sepatu berjajar rapi menghadap keluar.

Saat masuk hall, para peserta melepas sepatu atau sandal. Secara naluriah, sepatu atau sandal-sandal itu umumnya menghadap ke dalam hall. Yang lebih umum, biasanya sepatu atau sandal itu berserakan, saling menumpuk, atau tidak teratur.

Jajaran sandal di depan pintu Bido Hall.

Namun, dalam LDKS itu, peserta dengan sukarela menata sendiri sepatu mereka berpasangan, menghadap ke luar hall, dan tidak menumpuk sandal atau sepatu teman lain. Mirip pemandangan jajaran sandal di masjid-masjid pesantren.

Daman Huri, general manajer DeDurian Park, menjelaskan, “Menata sandal itu salah satu bagian dari keseluruhan materi LDKS. Tujuannya, pembiasaan peserta untuk kedisiplinan, kerapian, kekompakan, dan efisiensi.”

Mungkin, menata sandal dianggap aktivitas remeh dan tidak penting atau tidak terlalu penting jika dibanding ceramah kepemimpinan atau latihan fisik lainnya. Namun, saat peserta dengan kesadaran sendiri menata sandalnya, maka ia sudah belajar memulai disiplin bahkan dari hal yang sangat sederhana. Selain itu, jajaran sandal atau sepatu yang tertata bisa tampak rapi. Yang tak kalah penting, posisi menghadap keluar memudahkan pemiliknya dari dalam hall langsung bisa menggunakan sandal tanpa perlu membalik badan dulu.

Dari hal-hal kecil, pelatihan dituntun ke yang lebih besar, serius, dan berdampak. Antara lain, menata tempat tidur, salat jamaah, antre makan bersama, tepat waktu sebagaimana jadwal, ceramah pembentukan karakter pribadi relijius, literasi dan digitalisasi, leadership, team work, diskusi tentang peran IPM dalam kegiatan sekolah, diskusi program kerja organisasi, jelajah alam hingga outbound.

Bunga Koesmaria Widiastuti, siswi kelas 11 DKV, terkesan saat jelajah alam. Kala itu para peserta berjalan kaki dari landmark DeDurian Park, keluar gerbang, menuju Dusun Segunung di Desa Carangwulung, lalu turun ke kebun DeDurian Park, lalu naik lagi ke Landmark. “Total perjalanan sekitar tiga kilo. Ada yang terperosot, tapi malah tertawa-tawa gembira.”

Dani Fathurrahman, salah satu peserta, mengatakan, “Fasilitas LDKS di sini sudah sangat baik. Waktu ikut LDKS sebelumnya di tempat lain, kami tidur beralas tikar tanpa bantal. Di sini ada kamar untuk tidur, ada kasur meski tipis, dan ada banyak bantal.”

Nadia Vega, juga peserta, menilai, “Tim DeDurian Park sudah hebat, terutama di leadership dan games. Semoga tahun depan bisa ber-LDKS lagi di sini.”

Mukhtarom, salah satu guru pembimbing, mengatakan, “Alhamdulillah, semua berjalan baik. Pelaksanaan acara sesuai dengan yang direncanakan dan diharapkan. Kalau ada satu atau dua rintangan kecil, itu hal biasa.”

Mukhtaris, ketua panitia, saat penutupan acara mengucapkan terima kasih pada Tim DeDurian Park yang sudah begitu baik dan begitu sabar menyampaikan materi. “Untuk anak-anak, tolong value yang disampaikan lewat LDKS ibi bisa diterapkan untuk menghasilkan perubahan di sekolah maupun di masyarakat. (tom)

Facebook Comments

Comments are closed.