Oleh: Yazid Mar’i
mepnews.id – Kajian Sor Keres (KSK) pada Selasa 19 Juli 2022 pagi mengangkat tema ‘Meh Merdeka‘. Artinya, hampir merdeka, atau nyaris merdeka, atau mendekati merdeka, tapi masih belum benar-benar merdeka.
“Ini menyongsong Hari Kemerdekaan yang sebentar lagi kita peringati,” kata Dry Subagio Ketua KSK.
Tema meh merdeka juga sebagai ungkapan keresahan ‘wadul‘ KSK terhadap pemangku kebijakan yang kurang responsif terhadap kekayaan budaya yang melimpah di Bojonegoro.
Pada acara kali ini, hadir sejumlah budayawan antara lain Jonatan Raharjo, Burhanuddin Joe, dan Gampang Prawoto, Dari unsur pemerintah, hadir Didik Wahyudi sebagai tim penyusun PPKD (Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah) Bojonegoro.
Berdasarkan catatan KSK yang diungkap moderator saat mengawali diskusi, di Bojonegoro ada setidaknya 325 seniman dengan berbagai bidang seni. Yang hadir dalam KSK kali ini adalah JFX Hoeri alias Mbah Hoeri sebagai tokoh seni Sastra Jawa.
Memantik peserta diskusi, Mbah Hoeri menyampaikan panjang lebar perihal budaya Jawa. Ia mengisahkan Congres voor Javaansche Cultuur Ontwikkeling (Kongres Guna Membahas Pengembangan Kebudayaan Jawa) di Solo yang digelar masa penjajahan 5-7 Juli 1928. Lalu, Kongres Budaya Jawa digelar lagi tahun 2014 yang menyepakati kongres serupa digelar setiap 4 tahun. Pembicaraan saat Kongres 2014 itu melahirkan berbagai kesepakatan penting perihal budaya Jawa.
Suyanto, yang akrab dipanggil Yanto Munyuk, sebagai nara sumber kedua, menyatakan sebenarnya Bojonegoro memiliki identitas budaya khas seperti sindir dingklik. Ini sejenis pagelaran sindir yang dipentaskan di tempat tertentu. Antara lain yang nampak di utara pasar kota Bojonegoro, pasar hewan Banjarejo.
“Seiring waktu, guna tetap eksis, sindir ini berevolusi menjadi sindir ngamen yang biasanya pentas pasca panen,” kata Tanto Munyuk.
Berbicara tentang sindir, jangan lupakan tiga kabupaten yang beririsan, yakni Tuban, Bojonegoro, dan Nganjuk. Di wilayah ini, sindir pernah ada.
Juga turut bicara Agus Sigro, budayawan yang tengah intens mengenalkan budaya sandur. Ini seni pertunjukan dengan cerita tertentu diiringi gamelan khas.
Ia berharap KSK menjembatani ke pemangku kepentingan tentang perlu adanya museum yang dapat menyimpan sejumlah benda purbakala, sekaligus mampu menyimpan replika budaya Bojonegoro, dan bisa jadi tempat silaturrahmi budayawan Bojonegoro.
“Juga, memiliki gedung kesenian,” imbuhnya.
Sudarminto, penggiat seni oklek, sangat berharap pada Perda Pelestarian Seni Budaya. Sejak 2018 diterbitkan, menurutnua, Perda ini masih berhenti di tempat dan belum mampu mengangkat eksistensi seni budaya Bojonegoro.
Acara makin meriah dengan pagelaran seni sindir dingilik yang dipentaskan pasca diskusi dan sholat dhuhur hingga adzan ashar dikumandangkan.
Tidak ketinggalan, santapan kambing guling menambah nikmatnya acara.