Ngopi dan Sepatu, Narkotika dan Lingkungan

Oleh: Moh. Husen*

mepnews.id – Di warung kopi, saya iseng-iseng tanya seorang teman pengagum Bung Karno, “Kenapa sih kok sekarang di gang-gang kampung ada saja anak-anak muda yang terjerat narkotik, Bung?”

Setelah ngincipi kopi sak sruputan, dia menjawab: “Persoalan narkotik ini berkaitan erat dengan persolan lingkungan, Bung. Lingkungan yang baik tak mungkin melahirkan generasi narkotik. Tapi lingkungan yang buruk, akan melahirkan keburukan juga.”

“Lingkungan yang buruk itu gimana, Bung?” saya minta diperjelas.

“Aku sendiri, sebagai orang kecil yang memungkinkan siapa saja tanpa pernah punya rasa malu untuk terang-terangan menginjak dan membuang diriku, tidak pernah sedikit pun menyentuh narkotik. Karena aku tidak pernah berada dalam lingkungan tersebut.”

Inti dari pendapat kawan saya ini, persoalan narkotika adalah persoalan lingkungan. Tinggalkan lingkungan narkotik sekarang juga. Pokoknya jangan sampai bergaul sedikit pun dengan lingkungan narkotik.

Saya setuju pendapatnya. Mengubah habitat pergaulan merupakan sarana paling efektif untuk menghindari mengkonsumsi penggunaan barang haram ini.

Kemudian dia melanjutkan, problem berikutnya adalah untuk bisa diterima di lingkungan yang baik terkadang tidak gampang. Terlalu banyak persyaratan. Yang bikin syarat itu biasanya orang-orang angkuh yang merasa tidak pernah menjadi bayi.

Belum sempat saya menyambung pembicaraan agar semestinya lingkungan harus ramah kepada siapa saja, dia sudah meneruskan kalau sebenarnya lingkungan sekarang ini semakin luwes dan mampu menerima segala macam jenis perbedaan.

Namun, ada kecualinya.

“Beda kayak apa pun, mereka bisa memaklumi tanpa syarat. Kecuali, persoalan dompet alias kemiskinan. Jadi, kalau ke warung kopi, kita harus pakai sepatu, Bung. Agar tidak dikira pengangguran. Agar lingkungan mudah menerima. Lingkungan itu lebih mudah menerima bajingan daripada pengangguran, Bung… hehehehe…”

“Asem,” saya mengumpat. Kebetulan saya pas lagi tidak pakai sepatu.

Saya paham maksudnya, bahwa lingkungan yang tak lagi ramah alias kejam, apalagi kejamnya hanya kepada orang miskin, bisa memungkinkan seseorang lari menuju lingkungan narkotik yang konon bisa bikin fly dan macem-macem itu.

Selebihnya, selamat merenungi Hari Anti Narkotika Internasional.

Banyuwangi, 26 Juni 2022

 

* Penulis buku Setelah Kalah, Setelah Menang. Tinggal di Rogojampi-Banyuwangi.

Facebook Comments

Comments are closed.