mepnews.id – Penyakit diabetes melitus (DM) banyak terjadi di Indonesia. Bagi masyarakat yang diet diabetes, salah satu yang disarankan adalah DM 3-1. Diet ini diperkenalkan Prof Dr Askandar Tjokroprawiro dr SpPD K-EMD FINASIM ketua Pusat Diabetes dan Nutrisi Surabaya yang juga guru besar Unair.
Namun, bagaimana diet DM 3-1 diterapkan secara maksimal pada saat berpuasa Ramadhan? Dr Hermina Novida dr SpPD K-EMD FINASIM dari Unair mengatakan, ada satu syarat yang harus dipenuhi pasien diabetes untuk menjalankan puasa yakni gula darahnya harus terkontrol.
“Kalau kadar gula darahnya 500 atau 600, sebaiknya dikendalikan dulu. Kenapa? Karena ada bahaya ketoasidosis diabetikum pada pasien diabetes yang tidak terkendali gulanya,” ungkapnya.
Pasien diabetes juga harus memperhatikan cara meminum obat atau insulin dengan benar supaya tidak terjadi komplikasi hipoglikemia maupun hiperglikemia. Asupan makanan harus disesuaikan dengan saran dan anjuran dokter.
“Kalau bisa hindari makanan dan minuman yang indeks glikemiknya tinggi, hindari konsumsi GGL (gula, garam dan lemak) berlebihan, dan asupan cairan harus cukup,” ungkapnya.
Apabila hal tersebut bisa dilakukan, puasa akan sangat bermanfaat dan memberikan kontrol gula darah yang lebih baik.
Ia lalu memberikan tips menerapkan diet DM 3-1 di bulan suci Ramadan.
Pasien diabetes sebaiknya mengikuti tepat 3J. Tepat jumlah kalori yang masuk, tepat jadwal makan dan obat, dan tepat jenis makanan. Biasanya hal tersebut akan terdistribusi merata pada saat makan pagi, makan siang, dan makan malam serta 2 sampai 3 kali snack.
“Problemnya adalah bagaimana saat berpuasa? Saat berpuasa, pasti ada penyesuaian jadwal. Biasanya 3 kali makanan utama dan 2 sampai 3 kali snack. Ketika puasa, kondisinya harus berubah,” ungkapnya.
Pada bulan Ramadan, menurut Dr Hermina, tepat 3J bisa diubah menjadi diet DM 3-1. Waktu makan terbagi menjadi 3 yaitu saat buka puasa, tarawih, dan saat sahur.
“Kalau sedang berbuka, jangan langsung makan banyak. Makannya dicicil habis tarawih. Lalu, satu kali snack sebelum tidur,” jelasnya.
Selanjutnya, jumlah makanan harus diperhatikan. Jumlah makanan tergantung kebutuhan masing-masing individu. Perlu disesuaikan dengan indeks massa tubuh dan aktivitasnya. International Diabetes Federation mengeluarkan rekomendasi makanan ketika puasa Ramadan 1200 hingga 2000 kalori.
“Namun itu juga tergantung dari tinggi badan, jenis kelamin, dan tujuannya apakah ingin menurunkan atau mempertahankan berat badan. Jadi, bervariasi antara 1200 sampai 2000 kalori. Jumlah dan jadwalnya harus diperhatikan dulu, kemudian jenisnya,” ungkapnya.
Jenis makanan pasien diabetes yang berpuasa harus memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak. Karbohidrat sekitar 40 hingga 50 persen, protein 20 sampai 30 persen, lemak 30 sampai 35 persen. Karbohidrat dipilih dari bahan dengan indeks glikemik rendah. “Artinya kecepatan makanan berubah menjadi gula lambat, sehingga kenaikan gula darah juga rendah,” tuturnya.