Sterilisasi Air Hujan untuk Atasi Defisit

mepnews.id – Mencuci tangan dengan air bersih di fasilitas umum menjadi salah satu langkah untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Namun, urusannya tak sesederhana itu. Upaya cuci tangan bisa terhambat karena faktor defisit air bersih di area sekitar. Sejumlah fasilitas cuci tangan tampak tidak lagi berisi air.

Mengatasi permasalahan tersebut, tim TIRTA 62 yang beranggotakan tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginovasikan Self Clean Rainwater Harvesting Wastafel (Steril). Ini adalah wastafel yang mampu mengolah air hujan menjadi air bersih untuk cuci tangan.

Salah satu fasilitas publik yang rentan penyebaran virus adalah stasiun kereta api. Berdasarkan data PT Kereta Api Indonesia (KAI) pada 2020, salah satu stasiun dengan pengunjung tertinggi ialah Stasiun Kemayoran di Jakarta. “Sanitasi bersih di stasiun menjadi pendukung terlaksananya protokol kesehatan di tempat umum,” ungkap Bernadeta Elie, Ketua tim TIRTA 62.

Hasil analisis Badan Regulator Pelayanan Air Minum (BRPAM) DKI Jakarta 2006 menyatakan, Jakarta akan terus mengalami defisit air bersih. Di sisi lain, Stasiun Meteorologi Kemayoran menyatakan curah hujan Jakarta pada 2020 mengalami peningkatan 80 persen dari tahun sebelumnya.

“Maka, steril dapat menjadi solusi krisis ketersediaan air bersih dan kualitas sanitasi dengan memaksimalkan potensi air hujan,” tambah mahasiswi Departemen Teknik Sipil ITS ini.

Tampilan keseluruhan desain filtrasi Steril rancangan tim mahasiswa ITS.

Brenda menjelaskan, air hujan terlebih dahulu dikumpulan di atap peron lalu dialirkan ke filter untuk treatment kualitas air. Komponen-komponen filtrasi terdiri dari saringan serat mikro, silver ion, karbon aktif, membran Polyethylene Terephthalate (PET), dan batu kapur. “Delapan unit filtrasi ini memproses air hujan menjadi air bersih,” ujarnya.

Air hujan yang telah diproses jadi air bersih disalurkan ke tandon bawah dan sumur serapan. Dari tandon di bawah, air disalurkan ke tandon atas yang bervolume 8 meter kubik menggunakan pompa selama empat jam. “Tandon atas berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum dialirkan ke tandon kecil pada wastafel yang terletak di peron secara gravitasional,” terangnya.

Brenda menambahkan, kapasitas tandon kecil pada wastafel Steril masing-masing sebesar 300 liter dan mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk cuci tangan hingga 28 persen untuk 450 ribu penumpang di Stasiun Kemayoran. “Air hujan yang berlebih dari proses pengolahan akan diteruskan ke sumur serapan,” ujar mahasiswi angkatan 2019 ini.

Bernadeta Elie, Rayhan Airlangga Wijanarko Putra, dan Dina Permatasari Putri.

Inovasi tim yang juga beranggotakan Dina Permatasari Putri dan Rayhan Airlangga Wijanarko Putra dari Departemen Teknik Sipil ITS 2019 itu berhasil menyabet gelar juara I dalam kompetisi Civil Innovation Paper Competition (Cinnertion) D’Village 10th Edition. Selain itu, tim yang dibimbing oleh dosen Departemen Teknik Sipil ITS Novi Andriany Teguh ST MSc ini juga berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Best Paper.

Tak hanya berinovasi pada kompetisi bertema Conservation of Water Resources to Ensure Availability of Clean Water and Sanitation as Efforts to Realize SDGs 2030 ini, Tim TIRTA 62 juga berharap Steril dikembangkan dan diteliti lebih lanjut agar efisiensi sterilisasi dapat ditingkatkan hingga 100 persen.

“Steril diharapkan mampu menjamin ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan serta sanitasi bagi masyarakat,” kata Brenda. (Frecia Elrivia Mardianto)

Facebook Comments

Comments are closed.