Oleh: Mufidah
mepnews.id – Indonesia menuju usia emasnya pada tahun 2045. Pada saat itu,Indonesi genap berusia 100 tahun atau satu abad. Untuk menyongsong Indonesia Emas 2045, pendidikan mengambil peranan penting. Pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia berkarakter unggul yang mampu berpikir rasional, kritis, aktif, inovatif, berwawasan kebangsaan dan mindset intrepreneur. Untuk mewujudkan ini, tentu tidak terlepas dari peranan guru.
Apa saja yang harus dilakukan guru dalam menyiapkan generasi emas?
Laju perubahan zaman semakin pesat. Transformasi pendidikan berlangsung jauh berbeda dibandingkan sebelumnya. Hal ini menuntut guru dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi terhadap perubahan dari aspek teknologi, informasi bahkan ilmu pengetahuan. Tuntutan zaman akan tersedianya guru ideal dan profesional adalah wajib.
Menurut Ki Hajar Dewantara, guru Ideal adalah Ing ngarso sung tulodho Ing madyo mangun karso Tutwuri handayani (keteladanan, prakarsa, dan motivasi). Di Indonesia, guru ideal memiliki ciri guru profesional seperti diatur Undang-undang Guru dan Dosen, yaitu memiliki kualifikasi akademik minimal S1 dan menguasai empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, profesional, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Untuk itu, ada beberapa hal yang harus dikuasai dan dilakukan guru agar mampu mengimbangi lajunya perubahan zaman dan menjadi guru ideal dan profesional dalam menyiapkan generasi emas.
Pertama, guru harus mampu menguasai teknologi alias tidak gaptek. Guru juga harus selalu up to date terhadap perkembangan teknologi. Guru harus lebih menguasai teknologi daripada peserta didik. Jangan mau kalah dengan peserta didik. Untuk itu guru harus bisa dan lancar mengoperasikan komputer, laptop, LCD dan lain sebagainya, sebagai media penunjang proses pembelajaran di kelas. Selain itu, guru juga mampu mengaktifkan aplikasi komunikasi melalui Instagram, Facebook, dan You tube serta media sosial lainnya supaya tidak kalah dengan peserta didiknya.
Kedua, guru harus kreatif, inovatif dan inspiratif terutama dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru harus dapat berimprovisasi dalam meggunakan metode pembelajaran supaya lebih menarik dan tidak terkesan membosankan. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan cara mengajak diskusi terkait materi agar merangsang kreativitas dan keaktifan peserta didik. Jadi, guru tidak hanya mengajar dengan alur satu arah tetapi menggunakan alur pengajaran dua arah yang menimbulkan interaksi antara guru dan peserta didik. Pada saat ini, guru bukan satu-satunya sumber ilmu yang mutlak benar. Masih banyak sumber-sumber ilmu lain di luar dari guru itu sendiri.
Ketiga, guru jangan berhenti belajar. Never stop learning! Meski sudah menjadi guru, jangan pernah berfikir kita sudah merasa tahu segalanya. Padahal, seiring berkembangnya zaman, ilmu-ilmu baru juga mengalami perkembangan. Guru jangan malas belajar agar tidak mengalami ketertinggalan informasi terkini. Bila itu terjadi, berarti sama saja kita sudah merelakan diri berhenti berkembang. Padahal kita selalu dituntut menjadi guru ideal dan profesional. Jadi motto guru adalah “Belajar sepanjang Hayat”.
Keempat, guru harus mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. Ada ungkapan; guru itu digugu lan ditiru. Guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup jujur, tanggung jawab, wibawa, mandiri, disiplin dan selalu menerapkan nilai-nilai religi kepada peserta didik. Pada dasarnya, selain mengajar dan menstranfer ilmu, tugas guru adalah menanamkan nilai-nilai karakter baik kepada peserta didik. Guru harus memiliki semangat dan ikhlas dalam mengemban tugas mulianya. Jadi, tidak hanya mengejar rupiah.
Kelima, guru harus mampu memahami jiwa peserta didik. Seorang guru pasti dihadapkan dengan peserta didik dengan latar belakang berbeda. Tentu saja ada beberapa persoalan yang dihadapi. Guru harus mengerti sifat dasar jiwa manusia, kekurangan, serta cara menanganinya. Guru ibaratnya dokter. Untuk dapat mengobati pasien, dokter harus mengerti jenis penyakitnya dan cara mengobatinya. Begitu pula dengan guru dalam mengobati jiwa peserta didik. Membentuk akhlak baik dibutuhkan pendidik yang mengerti sifat dasar jiwa manusia, kelemahan dan cara mengobatinya. Intinya, guru berperan membentuk akhlak baik bagi peserta didiknya.
Keenam, guru harus mampu membangun mindset dalam diri peserta didik kita, bahwa “Orientasi utama bukanlah dari hasil akhir, melainkan proses untuk mendapatkan hasil akhir tersebut.” Mindset yang sudah tertanam ini menjadikan manusia tangguh dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kegagalan dan tidak sombong ketika menemui keberhasilan. Guru harus mampu menghargai setiap apapun hasil yang didapat peserta didik. Kita berikan feedback positif bagi mereka sehingga semakin menguatkan mereka dalam proses pembelajaran.
Uraian di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan guru dalam mempersiapkan generasi emas untuk sepuluh tahun bahkan dua puluh tahun ke depan. Memang tidak mudah. Membutuhkan proses panjang seiring tuntutan zaman. Untuk menjadi guru yang ideal dan profesional, seseorang bisa membangun dirinya serta mengarahkan jadi pribadi yang sadar profesi dan tanggung jawab yang besar. Bangsa Indonesia ini membutuhkan guru yang tidak hanya cerdas dan intelek, namun juga yang berkarakter, sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya. Guru adalah garda terdepan, keberhasilan pendidikan tidak lepas dari peran guru. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam menyiapkan SDM yang berkualitas serta berkarakter sehingga siap bersaing dan mampu menghadapi tuntutan zaman. Guru bukanlah orang hebat, tetap orang hebat lahir berkat jasa seorang guru.
- Penulis adalah guru SMA Negeri 4 Balikpapan.