Bertuhan tapi tak berTuhan

Oleh: Yazid Mar’i

MEPNews.id – Dalam realitas kekinian, sering kita mendapati komunitas masyarakat yang bertuhan tapi tak berTuhan.

Tuhan dalam konteks setiap agama adalah energi bagi pemeluknya untuk berperilaku dan berucap yang baik, bagus, dan memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi kehidupan. Baik kehidupan sesamanya juga sesama mahluk hidup yang lainnya.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, mengapa masih ada manusia yang menyakiti manusia lain dengan ucapan dan perilaku? Bahkan terkadang menyakiti dengan mengatasnamakan agama? Bukankah setiap agama tidak sedikit pun mentolerilnya? Mengapa pula atas nama ‘pembangunan’ lalu segalanya menjadi sah untuk melakukan eksploitasi terhadap alam, bahkan mengambil hak milik atas kepemilikan seseorang dan komunitas adat? Dan, saatnya banjir, tanah longsor, global warming menimpa, lalu kita saling menyalahkan atas perbuatan kita sendiri?

Konteks islam jelas memberikan pelajaran agar seseorang dan sekelompok orang melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya, sebagai konsekuensi atas keyakinan bahwa segalanya akan dipertanggubgjawabkan kepada Tuhan nantinya dan juga hari ini. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah (2): 148, yang artinya: “pada setiap umat (dia) menuju kiblatnya masing-masing. Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan. Di mana kamu berada, Allah akan mengumpulkan kamu semua. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.”

Kesadaran inilah yang perlu dikembangkan oleh setiap muslim dan mukmin. “Menjadikan ayat Allah” atau menjadikan “Tuhan” sebagai energi kebaikan “internalisasi sifat-sifat Tuhan” ke dalam diri manusia.

Tuhan dengan segala sifat kebaikannya al asma’ al husna hakekatnya memberikan pelajaran bagi hambaNya yakni ‘manusia’ untuk mengarahkan segala ucapan dan perilaku kepada nilai-nilai keTuhanan. Sebaliknya, jika tidak, bisa dikata “bertuhan tapi tak berTuhan”.

Soto ayam Pak Ja’i, Siang hari, 21 Februari 2021 (21221)

Facebook Comments

Comments are closed.