Oleh: Teguh W. Utomo
MEPNews.id – Gambar peta lokasi gempa Sulawesi Barat dan poster RSTKA Peduli Gempa Sulbar masuk ke WA saya pada 16 Januari 2021. Pesan ini di-forward oleh dr Agus Harianto SpB direktur Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA).
Saya paham betul maksud dokter spesialis bedah itu. Kapal pinisi yang dimodifikasi menjadi rumah sakit mini itu bersiap untuk misi kemanusiaan ke Mamuju ibukota Sulawesi Barat. Kota itu menjadi kawasan gempa dan terdapat korban. Yang juga jadi pertimbangan, rumah sakit setempat juga rusak.
Maka, saya jawab; “Berangkat….”
Sorenya dr Agus langsung menelpon saya untuk tes swab di Surabaya memastikan saya tidak sedang positif COVID-16. Namun, karena saya masih ada dua tugas yang tidak bisa saya tinggalkan di Malang dan Jombang, maka saya tidak bisa ikut tes.
Subuh 17 Januari, RSTKA berangkat bersama sejumlah tim medis. Saya, dan sejumlah relawan yang sudah komit, tidak bisa ikut kapal. Saya tuntaskan dulu beberapa tugas pribadi. Tanggal 19 pagi saya tes swab di Rumah Sakit Lapangan di Surabaya.
Sorenya, saya ke Bandara Juanda untuk terbang leg pertama ke Makassar. Sementara, saya pantau kabar, RSTKA sandar di Pulau Sapeken untuk keperluan ambil air tawar dan lain-lain. Dikabarkan, cuaca di Laut Jawa sisi timur berombak cukup besar.
Di Bandara, saya bertemu dua relawan apoteker; Brisbane dan Afni. Bertiga kami berangkat ke Makassar pukul 18.00 WIB. Kami mendarat di Bandara Sultan Hassanudin di Maros. Saat ambil bagasi, ada juga satu relawan Afin untuk trauma healing. Empat relawan berkumpul di Makassar.
Sementara, dari RSTKA, ada kabar kapal sudah memasuki perairan Makassar.
Pagi, 20 Januari, saya bersama tiga relawan lain mencari sarapan. Karena ada di Makassar, ya kami cari yang khas; coto Makassar. Mbak Afin, yang di Sidoarjo berbisnis travel, memanfaatkan jejaring pebisnis serupa di Makassar. Maka, kami diantar ke Jalan Gagak tempat soto legendaris.
Di tengah jalan, kami bertemu M. Mudatsir sang kapten kapal pinisi RSTKA. Sambil menengok kapal RSTKA di dermaga Paotere, kami mendengar kabar bahwa cuaca sedang tidak cukup baik untuk menuju Mamuju.
Pelayaran menuju Mamuju harus menunggu cuaca membaik. Tapi, sampai kapan cuaca membaik?