Oleh: Moh. Husen
MEPNews.id—Kalau musim dingin dan hujan tiba, sungguh terasa fungsinya kehangatan, mulai dari jaket tebal, minuman hangat, jas hujan atau payung dan seterusnya. Kelak kita akan tiba juga di musim panas, dimana sawah menjadi kering, air es sungguh terasa istimewa.
Demikianlah salah satu ayat kauniyah Tuhan yang bernama musim, yang mengajarkan kita semua untuk berfikir jangka panjang dan waspada mengenai moment perubahan yang sebenarnya memang selalu ada buat manusia.
Terkadang kita tiba pada suatu musim dimana segala sesuatunya terasa menjadi gampang, sampai-sampai ada yang bilang: “Dulu, saya baru keluar rumah begitu saja sudah langsung dapat rejeki…”
Orang bijak senantiasa menuturkan agar setiap manusia menelit dan berdaulat atas dirinya sendiri, apakah dia semut, gajah, ataukah burung. Kalau sebagai burung, tentu kita bisa terbang karena memang disitulah keistimewaan burung. Akan tetapi jangan pernah berfikir tidak ada keistimewaan pada semut atau gajah sungguhpun dia tak bisa terbang.
Cara hidup dan kebutuhan burung berbeda dengan cara hidup tikus atau kecoak. Cara bertuturkatanya penguasa berbeda dengan para gelandangan di tepi jalan. Tak mungkin rasanya ia berteriak demokrasi dan keadilan dengan bahasa demokrasi dan keadilan. Sebagaimana air kencing, cukup berwarna keruh untuk menyatakan bahwa kondisi tubuh “atasannya” kurang sehat.
Dengan adanya musim dingin dan hujan seperti sekarang ini, alam pun sedang berkata bahwa moment perubahan itu senantiasa ada. Bahwa yang sakit, yakinlah suatu saat akan sembuh. Yang terpuruk, teraniaya, tak dipahami siapapun dan hancur, percayalah suatu saat akan bangkit.
Musim dingin ini, mohon jangan pernah ditarik ke ranah ngopi dan pisang gorong yang hangat dan nikmat sekali tapi tak perlu dikaitkan dengan islami dan tidak islami. Termasuk jajan tradisional klepon yang halal dimakan sungguhpun para Nabi tak pernah menikmatinya. Sekarang memang zamannya orang bebas ngomong, dan marilah kita bebas berdaulat untuk memilih bukan pertengkaran, saling hina dan caci maki.
(Banyuwangi, 22 Juli 2020)