Perilaku Konsumsi Berubah karena Pandemi

MEPNews.id Merebaknya wabah COVID-19 di Indonesia tidak hanya berpengaruh pada kesehatan, tapi juga seluruh aspek kehidupan. Salah satunya, pada kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan proses jual-beli. Penerapan aturan Work From Home (WFH) dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah di Indonesia menyebabkan pola perilaku konsumsi masyarakat berubah.

Dr. Wisnu Wibowo

Dr. Wisnu Wibowo, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair), mengatakan pandemi ini mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Itu banyak dipengaruhi bergesernya aktivitas luar jaringan (luring) menjadi dalam jaringan (daring).

“Dulu, work from office, banyak waktu bekerja di office, sehingga kesempatan melihat etalase online market relatif terbatas. Sekarang yang berkembang pesat itu aktivitas ekonomi digital memanfaatkan berbagai platform online market. Karena kita banyak bekerja di rumah, peluang untuk itu menjadi besar,” kata Wisnu.

Ada demonstration effect saat masyarakat terpengaruh secara psikologis karena banyak melihat etalase dan transaksi produk atau barang-barang secara luas di berbagai market place atau yang sifatnya online shop. Akibatnya, muncul ketertarikan membeli produk yang mungkin tidak semuanya dibutuhkan atau memang dibutuhkan namun tidak dalam kuantitas berlebihan.

Selain itu, meningkatnya konsumsi di masa pandemi juga disebabkan masyarakat konsumen semakin dimanjakan dengan berbagai kemudahan dalam hal transaksi; dari proses pembayaran hingga pengiriman. Lebih-Lebih, ada dorongan situasi psikologis yang jenuh karena harus membatasi ruang gerak interaksi dengan dunia luar.

“Ada efek psikologisnya yang membuat konsumen tidak hanya beli berdasarkan kebutuhan tapi banyak juga terpengaruhsituasi di online market. Akibatnya, mereka beli barang di luar kewajaran dan kebutuhan; atau lebih didorong faktor keinginan,” kata dosen yang konsentrasi pada Ekonomi Makro itu.

Akibatnya, perilaku konsumsi masyarakat cenderung meningkat. Tentu saja oleh kelompok menengah ke atas yang memiliki daya beli cukup memadai dan tidak terlalu terpengaruh lilitan ekonomi pandemi. (*)

Facebook Comments

Comments are closed.