Jeritan dari Pulau Ende tentang Corona

Oleh: Nurul Yani

MEPNews.id – Aku adalah siswi SMAN Pulau Ende di Pulau Ende lepas laut sisi selatan Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur. Sebagaimana semua siswa di Indonesia, aku juga mengalami proses belajar di rumah aja.

Proses belajar di rumah ini terpaksa aku ikuti karena sekarang ada wabah virus corona. Virus ini membawa pandemi COVID-19 (penyakit yang disebabkan virus baru Corona 2019). Untuk memutus mata rantai penularan virus, semua siswa dan guru di Indonesia melakukan proses belajar-mengajar di rumah.

Virus corona membuat kami pemuda/pemudi Pulau Ende tidak bisa berkarya lebih banyak di luar rumah, membuat sekolah kami sepi dan sunyi tidak karena ada siswa yang berkarya, berlarian, atau belajar.

Kau membuat sekolah kami menjadi tidak ada penghuninya. Sekolah, yang biasanya begitu ramai akan siswa dan guru, kini telah kau buat sepi, sunyi dan tak berpenghuni.

Virus Corona memaksa kami menjalankan sistem proses belajar di rumah. Padahal, proses belajar semacam ini tidak terlalu mudah. Banyak hambatan bagi kami untuk belajar di rumah. Kadang, saya cepat bosan karena tidak ada kawan untuk tempat bertanya dan berbagi illmu.

Sejau ini, kami hanya mengandalkan media sosial. Tapi, sampai kapan kami akan menggunakan media sosial? Bagaimana dengan yang tidak memiliki paket data untuk online jika pemerintah tidak menyiapakan? Bagaimana kami mengerti akan pembelajaran dari jaringan yang pemerintah siapkan sedangkan materi yang kami pelajari lain daripada materi yang disiapkan?

Corona, kau membawa dampak positif dan negatif bagi negeriku. Entah aku harus berterimakasih ataukah harus marah akan kedatanganmu. Banyak jiwa ketakutan akan kehadiranmu, namun banyak pula manfaat yang kau bawa. Aku pun jadi bingung.

Kau merenggut banyak jiwa, namun kau juga membuat banyak keluarga menjadi lebih dekat. Kau membuat jalanan sepi bahkan tempat beribadah jadi sepi, namun kau juga membuat rumah lebih ramai karena kumpulnya anggota keluarga. Kau juga membuat para perantau tidak bisa kembali ke kampung halaman karna sebagian besar jalan ditutup di setiap perbatasan.

Setelah kedatanganmu, kasus-kasus kejahatan, pencurian, pelecehan, sudah jarang terdengar. Entah itu karena media lebih fokus memberitakan dirimu ataukah karena memang kurangnya aktifitas di luar rumah.

Tapi, pesanku padamu wahai Corona; pergilah, kedatanganmu sudah cukup. Kami menginginkan kebebasan di luar rumah. Banyak orang yang menginginkan keramaian di luar sana.

Kami ingin bersekolah seperti biasa. Kami ingin bangun pagi, bersiap menyambut pelajaran baru, bertemu teman sekolah, bertemua guru-guru kami. Para guru ini sudah menjadi keluarga kedua kami.

Kami juga sudah rindu akan kegiatan-kegiatan yang kami lakukan di sekolah, berkarya di sekolah, agar sekolah kami ramai lagi. Kami akan membuat banyak karya dan kegembiraan dalam belajar.

Wahai Corona, kurasa kau sudah cukup berkeliling dunia. Sudah cukup waktunya kau ada di negri kami. Sudah waktunya kau pergi. Kami mengiginkan kebebasan. (*)

Facebook Comments

Comments are closed.