Oleh: Moh. Husen
MEPNews.id – Judul aslinya adalah Membaca Screenshot Corona. Tapi mumpung belum ada suara yang sampai ke telinga saya: “Kamu tidak pe-de ya kalau nulis tak membawa embel-embel Corona? Kamu takut tulisanmu tak didatangi banyak pembaca ya kalau tanpa menyebut nama besar Corona? Lagian kalau nggak faham Corona, rendah hati dong, jangan sok mengerti Corona. Nggak ikut membahas Corona itu nggak pa-pa…”
Jadinya saya hapus Coronanya. Saya ceritakan diakhir saja mengenai screenshot yang masuk di ponsel saya pagi-pagi sebelum saya menikmati nikmatnya ngopi pagi.
Banyak hal yang bisa kita baca dalam kehidupan ini. Dari membaca kerakusan orang kaya yang tidak malu berebut uang sepuluh ribu rupiah seakan-akan lima menit lagi anak istrinya akan mati kelaparan berdampingan dengan mobil mewahnya. Atau membaca kehidupan seseorang yang marah-marah: “Kamu fikir pinjam uang itu gampang? Kita harus bertengkar dulu dengan rasa malu berjam-jam. Begitu kita telanjang bercerita apa adanya saat pinjam uang, terkadang kita malah diperkosa dan diludahi dengan kuliah umum…”
Konon ada sebuah pendapat bahwa yang termudah adalah membaca segala sesuatu yang berada diluar diri kita. Adapun membaca segala sesuatu yang berada di dalam diri kita, sulitnya bukan main. Membaca arogansi dan kebodohan orang lain itu mudah. Akan tetapi membaca milyaran arogansi dan kebodohan diri sendiri, susahnya minta ampun.
Ah, saya kok jadi kayak berceramah saja. Agar lebih santai bak suasana ngopi pagi, serta agar tulisan ini tidak dianggap sok penting, mending saya ceritakan saja deh sebuah screenshot yang masuk ke ponsel saya, tepatnya dalam sebuah WhatsApp Group.
Sebuah berita mengenai virus Corona di-screenshot judulnya saja. Mendadak saya agak jengkel. Biasanya sih biasa saja. Hampir saya mau ngomel: “Jangan membiasakan orang membaca berita dari judul saja dong. Kirim link-nya sekalian kok susah amat sih. Berita yang lengkap saja terkadang hoax. Yang tidak hoax saja orang terkadang masih salah faham. Apalagi judulnya saja. Please deh…”
Saya terlalu sensi membacanya.
Semoga Allah senantiasa memberikan kita kesabaran dalam “membaca” kenyataan musibah Covid-19 ini. Ampuni kami dan selamatkan kami semua ya Allah.
“Ah, sok penting!” Protes batin saya. (Banyuwangi, 23 April 2020)