‘Jalan Lurus’ Corona

Oleh: Moh. Husen

MEPNews.id – Sebagaimana yang pernah disampaikan Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib) dalam Mocopat Syafaat Yogyakarta, tapi lupa entah kapan, saya lihat di YouTube, seingat saya saat itu hadir Sujiwo Tejo, Mbah Nun menyampaikan bahwa pengertian dari jalan yang lurus adalah jalan yang benar.

Kalau benarnya harus ke kiri ya belok ke kiri, jika benarnya harus istirahat, mengurangi makan yang manis-manis atau yang pedas-pedas, hingga lockdown dan memasuki ruang isolasi Covid-19 (Ya Allah, lindungilah kami semua dari marabahaya ini), maka begitulah keharusan dari sebuah jalan yang lurus. Itulah shirotol mustaqim.

Sejak 15 Maret 2020 hingga sekarang ini, dan entah sampai kapan, Mbah Nun menulis rutin di www.caknun.com hingga sehari dua kali mengenai Coronavirus ini, setiap pagi dan malam. Luar biasa stamina menulis beliau serta betapa terasanya kasih sayang beliau menemani Jamaah Maiyah dan Indonesia di usia beliau yang menginjak 67 tahun pada 27 Mei mendatang.

Pada malam 8 April 2020 kemarin, Mbah Nun hadir dengan tulisan beliau berjudul Corona Pasti Bisa. Saya merasa ditampar oleh kerendah-hatian beliau yang luar biasa dalam tulisan itu. Corona sudah pasti bisa menghantam manusia sedunia. Sudah terbukti dan nyata. Bukan takhayul dan klenik.

Adapun kita semua sebagai makhluk Allah yang bernama manusia posisinya bukan “pasti bisa”, melainkan proporsionalnya, menurut Mbah Nun adalah “semoga bisa”, “mudah-mudahan bisa”. Atau jika manusia tersebut punya hubungan baik dengan Allah adalah “insya Allah bisa”. Manusia lemah. Selain berikhtiar ia senantiasa membutuhkan perkenan Allah. La haula wa la quwwata illa billah.

Kemampuan Corona menghantam manusia itulah yang saya maksud sebagai “jalan lurus” atau “jalan kebenaran” Corona sebagai virus yang “akan salah” jika menjadi bukan virus. Corana adalah Corona, dan tak bisa menjadi yang selain Corona.

Andai Corona bisa berubah menjadi pelawak atau menjadi dermawan yang membagi-bagikan uangnya kepada kita semua tentu enak. Dan jangan bertanya meskipun sambil guyon: “Sedangkan manusia bisa menjadi Corona ya? Yang menghabisi kesejahteraan sahabat-sahabatnya sesama manusia, hehehehe…”

Sampai hari ini Corona jalan terus tanpa rasa apa-apa. Marah, ya tidak. Kejam, ya tidak. Malu, juga tidak. Pokoknya ia jalan terus. Corona tak memiliki insting harus waspada dan berhati-hati. Dia tak punya kepekaan mana bahaya dan mana yang akan membunuh dirinya. Corona jalan terus seperti “kutu” di rambut kepala yang bikin “gatal” dan harus “dibuang”.

Kini, semua manusia berusaha “membuang kutu” Corona ini dengan kemampuannya masing-masing. Kita ikuti saran medis tanpa kecemasan. Serta memohon ampun, penuh harap kepada pertolongan Allah, agar musibah pandemi Covid-19 ini segera lenyap.

Amin Allahumma Amin. Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.

Al-Fatihah.

(Banyuwangi, 11 April 2020)

Facebook Comments

Comments are closed.