Oleh: Esti D. Purwitasari
Catatan ini dibuat usai pelaksanaan Workshop Parenting di Surabaya Grammar School pada 15 November 2019. Acara ini menghadirkan Kak Dhanang dan Kak Lia dari PAUD Institute sekaligus Komnas Anak.
Saya cukup tercengang dengan fakta-fakta yang disampaikan kak Dhanang dan kak Lia, selaku Kekjen dan Komisioner di Komnas Perlindungan Anak Jakarta, tentang fenomena yang terjadi pada anak-anak dan remaja, yang pernah dan sedang mereka tangani saat ini.
1. Beberapa anak berprestasi dan berasal dari keluarga ‘terhormat’ dan ‘baik-baik saja’ ternyata telah terlibat dalam penggunaan narkoba.
2. Baru saja ditemukan satu grup WA berisi 25 anak usia SMP yang di dalamnya mereka saling berbagi konten pornografi dan mereka telah melakukan hubungan intim.
3. Beberapa murid TK di PAUD Institute telah menjadi korban paedofil oleh keluarga terdekatnya sendiri.
4. Dalam dua bulan ini Kak Lia, komisioner Komnas Anak, telah menikahkan empat pasang remaja usia SMP dan SMA yang hamil karena seks bebas.
5. Data terbaru Komnas Anak menyatakan, tujuh dari sepuluh remaja usia SMP-SMA di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Malang, dan beberapa daerah di Indonesia mengaku pernah melakukan hubungan seks
6. Ada 17 anak di Depok dan Indramayu yang hrs dirawat di RS Jiwa karena sudah kecanduan gadget. Mereka menunjukkan gejala mulai dari tantrum/menangis, merusak barang-barang di rumah dan mengancam membunuh ibunya, saat dijauhkan dari gadget.
Tanpa bermaksud menakut-nakuti, tapi memang seperti itu lah yang terjadi.
Saya yakin, data-data di atas hanya sebagian kecil dari fakta yang sebenarnya terjadi. Kita bakal bisa baca yang lebih “mengerikan” kalau mau cari data dari berbagai media.
Pertanyaan yang saya ajukan ke diri saya sebagai orang tua (dan mungkin juga Anda), adalah:
- Sudahkah saya benar-benar kenal anak saya?
- Sudahkah saya benar-benar paham lingkaran pertemanannya?
- Sudahkah saya cukup menciptakan komunikasi dalam keluarga?
- Sudahkah saya cukup ciptakan kondisi “Takut Tuhan”?
Kenakalan remaja dalam bentuk bisa dilakukan oleh anak-anak dari keluarga yang tampak “baik2 saja”, anak yang tenang, anteng, alim, anak yang berprestasi, dan anak dengan orang tua berlatar belakang pejabat, pendidik dan bahkan pemuka agama.
Let’s do auto-self-introspection, as parents!