MEPNews.id – Sekitar 1.300 alumni SMP Negeri 4 Surabaya, Minggu 3 November, sambang ke sekolah tempat mereka pernah belajar bersama. Yang menarik, para alumni diajak panitia reuni untuk bedigasan agar makin dekat dengan komunitas sekitar sekolah.
Maka, acara dibuka dengan blusukan pagi di kampung-kampung di sekitar lokasi SMPN 4 di jalan Tanjung Anom. Para alumni diajak menyusuri kampung Blauran, Ketandan, hingga Kebangsren. Di gang-gang kampung ini dulu sebagian alumni pernah jalan kaki atau bersepeda menuju atau dari sekolah.
Tentu saja, pemandangan tempo doeloe dengan zaman now sangat berbeda. Beberapa kawasan telah berubah wajah. Beberapa gedung atau bangunan sudah berubah bentuk atau berganti fungsi. Antara lain, gedung percetakan Peruri sudah jadi lahan parkir.
Bukan hanya jalan-jalan, para alumni juga berbagi bingkisan pada beberapa warga kampung sekitar SMPN 4 Surabaya. Bingkisan tali asih sembako ini diberikan beberapa wakil alumni pada warga.
Wujud keterdekatan lainnya adalah produk kuliner tradisional dari kampung sekitar diboyong ke lokasi pusat reuni di halaman SMPN 4 Surabaya. Maka, di lorong-lorong sekolah, tampak aneka makanan. Ada dawet, rujak, martabak, gado-gado, semanggi, dan sejenisnya.
Yang jadi maskot adalah makan bareng sego usik. Kuliner khas yang dilestarikan warga kampung Ketandan ini terdiri dari nasi putih yang disajikan dengan lauk kikil sapi, irisan tahu, dan kuah bersantan.
Menikmati makanan khas ini sejalan dengan acara deklarasi SMPN 4 Surabaya dan kampung Blauran, Ketandang, Kebangsren sebagai kawasan sekolah dan kampung budaya.
Untuk memeriahkan acara, murid-murid SMPN 4 Surabaya unjuk kebolehan memainkan gamelan karawitan. Mereka juga memainkan musik orkestra skala kecil. Tak mau kalah, para alumni dari masing-masing angkatan juga diberi kesempatan unjuk kebolehan di panggung.
Dari daftar buku tamu, alumnus datang dari Angkatan 1962 sampai 2015. Tak pelak, yang datang sudah berusia kakek/nenek sampai cucu. Sebagian datang dengan kursi roda. Meski demikian, semua tampak gembira karena bisa bertemu teman lama.
Andy Mapajaya, selaku ketua panitia, mengungkapkan rasa syukur atas meriahnya acara setelah kerja keras dan persiapan selama tiga bulan. “Dari Rp 120 juta yang kami anggarkan, realisasinya mencapai Rp 125 juta,” kata ia saat memberikan sambutan pertanggungjawaban.
Ini belum dihitung partisipasi spontan para alumni. Termasuk yang bawa banyak mangga hasil panen dari rumah sendiri.