MEPNews.id – Jika Karni Ilyas punya ILC, maka di Wonosalam ada MLC. Sama-sama berakhiran LC. Namun, konten acaranya berbeda. Kalau ILC semua telah tahu, seluruh pelosok negeri paham benar kualitas ILC.
Sedangkan di MLC, di situ lain cerita lain pula konten acaranya. MLC memang telah tayang, meskipun baru sebatas di TV lokal melalui siaran DeDurian Park TV. Mungkin belum begitu banyak yang tahu, alih-alih paham betul apa itu MLC.
Lalu mengapa perlu menyimak kiprah MLC. Apa keuntungan bagi yang ikut ber-MLC. Ketahuilah wahai Saudaraku, ketika kelak kita mati, kemudian kita mati tapi setelah itu selesai begitu saja, kita meninggalkan dunia tanpa ada satu pun legacy yang mengabadi, sehingga anak cucu kita sama sekali susah melacak jejak peninggalan kecuali sekelumit album foto kenangan, misalnya. Lain itu, sama sekali tidak ada.
Sedangkan gajah mati meninggalkan gading. Gading itu pun jadi sesuatu paling berharga, bahkan saat si gajah masih hidup gadingnya sudah jadi rebutan bagi banyak kolektor. Lalu kita manusia mati lantas apa yang dapat kita tinggal untuk generasi pewaris peradaban.
Untuk itu, MLC hadir menjawab problem tersebut. Bagi sebagian besar orang, menulis buku itu susah. Berkarya buku itu hanya untuk mereka yang sekolah di lembaga formal.
Sedangkan bagi yang tidak sempat sekolah, atau sekolah tapi tak sampai jadi sarjana. Jangankan ingin menulis, bagi mereka membaca buku saja mungkin susah. Hal ini akibat paradigma salah kaprah soal menuntut ilmu.
Padahal ilmu itu ada di mana saja, tidak terbatas oleh ruang, termasuk tersekat oleh aturan ketat prosedural sebagaimana di sistem persekolahan dengan konten kurikulumnya.
Termasuk ilmu bagaimana berkarya buku. Ilmu tentang literasi bagaimana menulis serta membaca. Dan hadirnya MLC itu sebagai jawaban sekaligus bukti bila mencari ilmu dapat dilakukan di mana saja. Tanpa perlu dibatasi oleh sekat ruang serta aturan formal.
Sebab, di MLC itu basisnya adalah praktik bukan sekadar menumpuk teori. Para peserta bukan banyak dijejali teori tapi langsung dipaksa untuk menulis. Menulis apa saja asal berani minimal merampungkan satu tulisan utuh.
Yang paling penting, MLC itu mendekatkan para peserta dengan alam, berkontemplasi dengan alam sekaligus menyatu dengan alam. Supaya pikiran lebih fresh bertambah segar sehingga ide-ide unik otentik muncul dengan sendirinya. Lalu setelah itu, diikat dengan tulisan. Melalui MLC para peserta digiring untuk menjadikan menulis itu terasa mudah. Menulis semudah saat kita tengah berbicara.
MLC itu beda dengan pelatihan menulis yang pernah ada. Selama ini jika ada pelatihan menulis hampir sebagian besar dilangsungkan di hotel-hotel berbintang, di tempat-tempat yang cukup mewah. Amat jarang pelatihan menulis diselenggarakan di alam.
(Aditya Akbar Hakim)