Milenial Literasi Camp

MEPNews.id – Adalah DeDurian Park selaku inisiator bersinergi dengan Abimanyu Library, Taman Baca Masyarakat Rumah Belajar MEP, dan Literet Milenial Movement akan mengadakan acara Milenial Literasi Camp.

Satu acara menarik bagi siapa pun yang ingin bisa berkarya, satu acara bagi siapa saja yang ingin menjadikan literasi baca tulis sebagai denyut laku kehidupannya, khususnya bagi mereka yang mengaku milenial.

Acara tersebut goalnya adalah ada buku hasil karya para peserta. Sehingga bukan sekadar berhenti di dialog, membahas konsep alih-alih menumpuk teori tentang menulis, tetapi setiap peserta diwajibkan minimal membuat satu artikel yang kemudian akan dikumpulkan dengan tulisan peserta lain hingga menjadi satu naskah utuh dan layak menjadi buku.

Sekilas tujuan demikian tampak biasa. Mungkin ada yang membatin, apa susahnya membuat buku bila dilakukan secara bersama-sama keroyokan begitu, kalau sekadar buku antologi tentu tidak ada yang hebat apalagi luar biasa. Toh, buku itu bukan karya original dari satu individu. Jadi, mungkin kesan atas kepuasan diri kurang menggigit.

Sebentar, jika Anda punya asumsi yang persis seperti itu. Itu sama artinya Anda tidak memahami rumus dari hukum suatu proses. Padahal jika kita ingin punya buku karya sendiri. Salah satu solusi jitu adalah memulainya dengan menghasilkan karya antologi. Dengan berhasil ikut menjadi kontributor di naskah antologi, itu berarti Anda telah berada di jalur yang benar, Anda telah ada di gerbang pembuka pintu sukses sebagai upaya merintis karier sebagai seorang penulis yang produktif kelak di kemudian hari.

Untuk itu, jangan pernah meremehkan lahirnya buku antologi. Sesederhana apa pun naskah itu, bila ternyata merupakan hasil kerja berupa campuran keuletan, ketekunan, dan kesabaran dari seseorang maka itu adalah karya hebat. Itu adalah karya yang tetap akan dapat tempat di hati para pembaca. Belum lagi ketika satu naskah buku telah terbit, bagi kita yang masih pemula belajar menulis, misalnya. Buku itu, meski berbentuk antologi sekalipun tetaplah punya kesan mendalam sebagai satu kebahagiaan bahkan kebanggaan tersendiri.

Oleh sebab itu, bermula dari acara ini. Acara yang berlangsung di lereng Gunung Anjasmoro yang sejuk itulah. Semua peserta akan benar-benar dipaksa untuk menulis. Menulis apa pun, menghasilkan minimal satu tulisan sebagai upaya awal sekaligus titik tolak dari usaha besar menjadikan menulis sebagai laku keseharian.

Harapan dari pihak penyelenggara, tentu setiap peserta sepulang dari acara tidak diam pasif menanti menunggu hadirnya keajaiban. Para alumni tetap wajib terus menulis tidak boleh berhenti alih-alih berpuas diri karena telah berhasil punya karya antologi. Para alumni mesti terus meningkatkan intensitas menulis yang dibarengi dengan asupan banyak membaca.

Dengan demikian, rasa kepercayaan diri dari para alumni khususnya, yang mungkin awalnya masih ragu-ragu dapat terkerek naik karena telah mampu menjaga ritme plus konsistensi menulis dan membaca sebagai aktivitas hariannya. Dengan memperbanyak menulis, lalu membaca apa saja. Maka jika sanggup ajeg seterusnya pasti akan ada hasil, pasti ada banyak lompatan-lompatan prestasi dari karya yang dihasilkan, dan pasti ada saja buku-buku lain yang terbit secara mandiri.

Yuk, kita jadikan literasi baca tulis sebagai laku keseharian kita. Kita jadikan menulis membaca sebagai aktivitas pokok kita di samping kita menjalani peran di lain sektor profesi yang telah kita tekuni. Satu yang pasti, berawal dari acara ini, dari para alumni angkatan pertama ini, kita perlu menaruh rasa optimis bila nasib negeri ini ke depan mesti meningkat kualitas generasi milenialnya, karena mereka telah sadar akan kebutuhan membaca dan menulis sebagai satu piranti membangun peradaban bangsa menuju sebutan bangsa besar dan mandiri dalam segala sektor.

Akhirnya, mengikuti acara seperti ini meski harus dan perlu berkorban energi, waktu bahkan materi. Namun, nilai tambah pasti didapat, terutama atas semua pengorbanan tersebut kelak akan impas terbayarkan dengan berjuta prestasi, reputasi, dan kontribusi yang tinggi bagi negeri tercinta kita ini sebagai pelaku penentu peradaban melalui media literasi. Selamat berliterasi.

(Aditya Akbar Hakim)

Article Tags

Facebook Comments

Comments are closed.