Pak Bambang Sopingi Ditegur Sang Anak Soal Pekerjaan

Foto : Ilustrasi

MEPNews.id – Saya sedang menulis buku “Hidayah Allah lewat Anak”. Tapi 2 tahun tidak jadi jadi. Karena bahan buku terus menerus bertambah saat membaca alam semesta dan perilaku manusianya.

Belum lama ini, pak Bambang Sopingi, members dan jamaah Kebun Berkah DeDurian Park berkunjung ke kebun dikawal ananda yang cerdas. Sayang saya lupa nama ananda. Usia kelas 4 atau 5 SD.

Yang menarik, inilah anak titipan Allah yang luar biasa. Suatu hari sang ananda diajak ikut ke kantor tempat pak Bambang kerja. Tiba-tiba sang anak menegur ayahanda.

“Abi sudah kerja tahunan ikut orang tidak seiman. Dilarang lho bi..gak berkah,” ujar sang anak.

Ayahanda menjawab dengan diplomasi gaya dewasa dengan maksud anandanya bisa memahami.

” Rasulullah juga berdagang dengan orang Yahudi. Kenapa abi tidak boleh, ” tegas sang Abi.

” Kan kerjasama bi, sekali dagang selesai. Lha Abi kerja bertahun tahun mengabdi. Beda bi,” jawab sang anak cerdas.

Kaget pak Bambang mendengar argumentasi sang anak. Betapa cerdas dan kritisnya.

” Saya susah tidur. Dan akhirnya pelan pelan saya mempersiapkan mandiri. Meski butuh waktu. Maka, saya bergabung dengan DeDurian Park juga dalam rangka keberkahan. Anak saya bahagia saya ajak ke Kebun,” tegas pak Bambang.

Catatan yang ingin saya sampaikan atas peristiwa ini.

Pertama, ditengah zaman abu-abu, kebenaran dan ketidakbenaran samar, bahagialah orangtua yang dianugerahi anak yang hebat. Anak yang kritis dan justru menjadi penjaga iman dan tauhid kita para orangtua.

Kemurnian anak adalah nilai yang tak ternilai, kesuciannya hanya dikotori oleh tangan dan pikiran orang dewasa. Tapi ditangan orang dewasa juga kemurnian dan kesucian anak terjaga.

Kedua, saya sering menemukan anak-anak hebat dizaman ini. Terutama karena peran sekolah yang menjaga syariah dalam proses pendidikannya.

Jangan kaget saat anak kita puasa lantas kita kasihan karena masih kecil, kemudian mempersilahkan berbuka saat dhuhur. Maka sang anak akan negur kita. ” Abi kayak setan saja nyuruh orang gak puasa.”

Ketiga, betapa Allah sedang tidak percaya sama orang dewasa. Karena banyak dewasa sulit diberitahu atau diingatkan oleh orang dewasa lain.

Maka Allah menitipkan hidaya itu lewat anak anak kita. Mereka adalah cahaya, nur yang berpendar dialam semesta. Tergantung kita, mampu tidak menangkap isyarat kebenaran itu lewat cahaya itu.

( Yusron Aminulloh )

Article Tags

Facebook Comments

Comments are closed.