MEPNews.id – Bukan tanpa alasan jika buah delima disebutkan dalam kitab suci Al Qur’an. Buah delima itu termuat dalam surat Al-Anam ayat 99 dan 141, serta surat Ar Rahman ayat 68.
Berdasarkan hal itu, Dr. Wiwik Misaco Yuniarti M.Kes., Drh bersama dua rekan kerjanya Hardany Primarizky Drh., MVM dan Prof. Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto Dea, Drh, meneliti khasiat buah delima bagi kesehatan.
“Awalnya kami sekedar baca-baca dan menemukan delima disebutkan pada Al Qur’an. Lalu, kami tertarik membuktikan manfaatnya,” ucap dosen di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga tersebut.
Akhirnya, penelitian mereka dimuat dalam jurnal Veterinary World, dengan judul ‘The activity of pomegranate extract standardized 40% ellagic acid during the healing process of incision wounds in albino rats (Rattus norvegicus).’
Saat penelitian, Wiwik menggunakan 50 tikus albino. Tikus albino dipilih karena komposisi kulitnya mirip seperti manusia. Selain itu, tikus albino juga merupakan hewan model paling ideal untuk penelitian luka sayatan.
Seluruh tikus diberi luka sayat pada bagian glutheus (pantat) dengan ukuran dan kedalaman sama, lalu luka dibiarkan terbuka. Kemudian, dua kelompok tikus dibiarkan tanpa diberi obat, dua kelompok diolesi salep betadine pada bagian luka sayat, enam kelompok lainnya diolesi salep dari ekstrak buah delima yang terstandart 40% ellaggic acid (senyawa aktif pada buah delima, red) dengan konsentrasi 2.5%, 5% dan 7.5% pada setiap dua kelompok.
Pengamatan dilakukan dua kali yaitu pada tujuh hari pertama (hari ke delapan) dan 14 hari pertama (hari ke-15). Pada hari ke delapan, lima kelompok tikus yang terdiri dari satu kelompok dengan luka dibiarkan tanpa obat, satu kelompok lukanya diolesi dengan betadine, dan tiga kelompok lain diolesi dengan salep dari ekstrak buah delima yang telah terstandart dengan 40% ellaggic acid dengan konsentrasi 2.5%, 5% dan 7.5% dikorbankan untuk diambil kulitnya. Kulit tersebut kemudian diubah menjadi preparat agar dapat diamati menggunakan mikroskop. Proses yang sama juga dilakukan pada lima kelompok tikus lainnya pada hari ke-15.
“Penelitian menunjukkan, hasil terbaik adalah salep ekstrak buah delima terstandart dengan 40% ellagic acid dengan konsentrasi 7,5% yang diberikan selama empat belas hari,” jelas Wiwik.
Penelitian dilakukan tiga bulan sejak persiapan alat dan bahan yang diperlukan. Ke depan, Wiwik berharap hasil penelitian tersebut bisa ditindaklanjuti agar dapat diproduksi menjadi salep ekstrak buah delima secara massal dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat.
“Saya pikir semua tanaman dan hewan diciptakan pasti ada manfaatnya, tinggal kita bisa buktikan itu atau tidak secara ilmiah,” kata ia. (*)