Oleh: Teguh Wahyu Utomo
MEPNews.id – Irfan, anak usia lima tahun, berdiri di salah satu dinding ruang tamu rumahnya. Dengan percaya diri ia menunjukkan gambar alat-alat berat di bukunya. Di depan beberapa tamu keluarga, ia menyebut satu-persatu nama alat-alat berat itu. Saat ditanya oleh beberapa tamu yang baru pertama kali dikenalnya, Irfan berani menjawab dengan penuh percaya diri.
Ibunya hanya tersenyum melihat gaya Irfan berdiri tegap menjelaskan nama-nama forklift, tractor, backhoe, bulldozer, excavator, dan lain-lain. Ibunya bangga karena Irfan cukup percaya diri berbicara di hadapan tamu yang kebanyakan baru dikenalnya. Ia tidak malu-malu menjawab pertanyaan berdasarkan pengetahuannya.
Di sisi lain, dalam suatu kesempatan, saya diundang untuk memberikan ceramah motivasional pada 180 siswa baru suatu SMK. Mereka tentu lulusan SMP atau yang sederajad dengan usia sekitar 15 tahun. Dalam usia itu, fisik mereka sudah mirip orang dewasa meski mental mereka rata-rata masih dalam masa peralihan dari anak-anak ke dewasa.
Yang menarik adalah tatkala saya meminta beberapa orang untuk tampil ke depan mendampingi saya berbicara. Niat saya awalnya meminta mereka untuk bercerita atau berpendapat tentang sesuatu. Tapi, niat itu saya urungkan karena ank-anak yang saya minta itu ternyata kesulitan untuk berbicara di depan teman-teman mereka. Bahkan, memperkenalkan namanya sendiri saja susahnya minta ampun.
Ada siswa yang tampaknya biang ramai di suatu kelompok. Namun, ketika saya panggil untuk maju, dia malah meminta anak lain untuk menggantikannya. Setelah akhirnya didesak oleh gurunya untuk maju dan memperkenalkan diri, saya bisa lihat butir-butir keringat seperti biji jagung keluar dari dahinya dan meluncur ke bawah sehingga membasahi wajahnya.
Ada juga remaja putri yang meringkuk seperti trenggiling saat namanya disebut untuk maju. Dibujuk kakak-kakak OSIS, dia makin meringkuk. Didekati gurunya, ia malah merangkul temannya agar tidak dibawa maju. Ketika saya mendekat, ia langsung menutupi wajahnya dengan tas. Saya bisiki, “Ayo, berani. Nanti saya akan bimbing dan pandu untuk berbicara,” eh, dia malah diam membeku. Duh, saya malah cemas karena saya lihat sebagian wajahnya yang tidak tertutup tas tampak memerah dan berkeringat.
Dua contoh yang saya gambarkan di atas sebenarnya sudah umum terjadi. Saya sering lihat anak-anak usia TK penuh percaya diri menirukan gaya gurunya mengajar. Meniru gaya berdirinya, intonasi suaranya, gerak tangannya, dan lain-lain. Saya juga sagat sering anak-anak level sekolah menengah yang justru tidak percaya diri untuk berbicara di depan umum. Begitu juga saya temui di kalangan mahasiswa.
Ada apa, ini? Mengapa anak-anak kecil bisa punya kepercayaan diri tinggi saat berbicara di depan umum, tapi saat usia bertambah justru mereka makin tidak percaya diri di depan umum? Saat masih kecil saling berebut unjuk tangan untuk diberi kesempatan bicara, namun saat semakin besar malah tidak mau bersuara di depan umum?
Wahai para guru di kelas, berbicara di depan umum merupakan salah satu bagian dari soft skill yang sangat penting untuk menjalani kehidupan anak di masa datang. Maka, akan sangat bagus bila para guru membimbing, membina, dan bahkan membangkitkan kepercayaan diri para murid untuk berani berbicara di depan umum.
Sadarkan pada para murid bahwa suatu saat nanti mereka pasti akan berbicara di depan umum. Entah saat presentasi bisnis, saat memimpin rapat karang taruna RT, saat maju skripsi, saat main drama, saat orasi unjuk rasa, bahkan saat berhadapan dengan calon mertua menjelang atau saat pernikahan. Jika sudah terbiasa berbicara di depan umum, urusan semacam itu jadi lebih lancar.
Sering-sering panggil murid ke depan kelas untuk berbicara di depan teman-temannya. Jangan memanggil murid di depan kelas untuk menghukumnya atau dengan kesan sebagai hukuman. Bimbing murid untuk berbicara dengan baik agar terbiasa. Jangan lupa, beri pujian berupa ucapan, tepuk tangan, atau isyarat lain, dengan tujuan membesarkan hati murid yang berani bicara di depan umum. (*)
Penulis adalah;
- praktisi media, penulis, penceramah motivasional
- bisa ditengok di facebook teguh.w.utomo atau instagram teguh_w_utomo atau email teguh.4.utomo@gmail.com