Samudera Berkah

Foto : Ilustrasi

MEPNews.id – Ketika berbicara tentang berkah tidak akan ada ujung pangkalnya. Soal berkah itu sungguh penuh misteri, bagi mereka yang kurang tajam mata pikirannya, serta mereka yang mungkin hidupnya masih kering energi spiritualitas. Maka berkah baginya akan selalu menjadi tanda tanya.

Berkah itu hanya dapat dirasakan, tetapi tidak bisa diperlihatkan, alih-alih bila hendak sengaja dipertontonkan lalu dikomersialkan demi tujuan tertentu. Sungguh sampai kapan pun, hal itu tidak mungkin bisa dilakukan.

Tentang berkah apakah telah, masih, atau bahkan baru akan dirasakan oleh mereka calon-calon peraih keberkahan. Tentu saja di situ yang paling tahu dan paham adalah diri pribadi masing-masing yang bersangkutan.

Adapun orang lain yang ingin mengamati lalu menangkap sinyal-sinyal berkah tersebut, tentu menjadi perkara yang susah untuk tidak disebut mustahil. Sebab berkah itu tolok ukurnya ada di area privasi. Berkah bisa dan akan dirasakan siapa saja. Yang telah kaya atau masih papa, semua berpeluang sama merasakan keberkahan.

Berkah memang tidak diukur pada berapa, tetapi berkah itu diberi satu acuan yang lintas multi dimensi, saat di dunia segala urusan serta kebutuhan tercukupi meski toh sekalipun yang dimiliki tidak seberapa banyak. Bahkan tanda-tanda bila kelak di akhirat balasan yang pastinya jauh lebih di atas segala kenikmatan saat hidup di dunia.

Jikalau yang dimiliki banyak tetapi justru membuat resah, boleh jadi itu indikasi jauh dari berkah. Tatkala kedudukannya, pangkatnya, juga jabatannya tinggi mentereng tetapi malah membuat gelisah penuh waswas, bisa jadi itu pun tidak ada berkah di sana.

Sebab sekali lagi penting untuk kita pahami, bila berkah itu bukan pada soal berapa, apa, kapan, atau bahkan siapa. Namun, berkah itu ada di wilayah bagaimana serta mengapa. Dan berkah itu pada prinsipnya akan selalu bergandengan mesra dengan perilaku serta sikap mental sabar. Sabar dan berkah bak sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Orang yang hidupnya senantiasa dihiasi kesabaran, maka buahnya adalah keberkahan. Madu yang manis itu berupa meluasnya samudera berkah di setiap laku kehidupan. Akhirnya, penting kita ingat pada nasihat bijak ketika Dahlan Iskan menuliskan bila sabar itu ilmu tingkat tinggi. Belajarnya tiap hari, latihannya setiap saat, ujiannya sering mendadak, sekolahnya seumur hidup. Supaya kita bisa memanen buah berupa keberkahan.

( Aditya Akbar Hakim )

Article Tags

Facebook Comments

Comments are closed.