Dua Mahasiswa FST UNAIR Ukir Prestasi di Kancah ASEAN

MEPNews.id  – Universitas Airlangga (UNAIR) terus mencetak prestasi-prestasi di tingkat dunia. Kali ini mahasiswa UNAIR menorehkan prestasi gemilang di kancah ASEAN. Prestasi tersebut diraih oleh dua mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST UNAIR) dalam kompetisi Malaysia Speaking Mind Competition pada Sabtu (3/8/2019).

Bertempat di UiTM (Universiti Teknologi Mara) Cawangan, Negeri Sembilan, Kampus Kuala Pilah, tercatat ada 42 peserta yang mengikuti kompetisi bergengsi tersebut. Di antaranya ialah mahasiswa asal UiTM Negeri Sembilan Kampus Kuala Pilah, UiTM Negeri Sembilan Kampus Rembau, UiTM Kedah Kampus sungai Petani, Taylor’s College, Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), dan Universitas Airlangga yang diwakili oleh 4 mahasiswa asal FST.

Soal prestasi mahasiswa FST itu, Wakil Dekan I FST UNAIR Dr. Hartati, M.Si. menurutkan bahwa Malaysia Speaking Mind Competition merupakan kompetisi menyampaikan ide kreatif berdasarkan riset mahasiswa yang diadakan se-ASEAN.

“Acara kompetisinya mirip seperti kompetisi 3MT (3 Minutes Thesis, red). Peserta kompetisi melakukan presentasi hasil riset atau ideanya dalam waktu tiga menit. Poin penilaiannya tidak hanya pada konten yang ditawarkan saja, namun juga cara penyampaian yang mudah dipahami oleh semua kalangan,” tuturnya.

Dalam kompetisi tersebut, terdapat sepuluh juara yang diambil dari kompetisi itu. Dua dari empat mahasiswa FST delegasi UNAIR berhasil pulang membawa piala kemenangan. Ialah Nur Aidatuzzahro (mahasiswa Fisika 2017) meraih juara 2 dan Belindha Ayu Ardhani (mahasiswa Statistika 2017) dengan juara 4.

“Saya ucapkan selamat kepada mahasiswa FST UNAIR yang telah meraih prestasi gemilang di Malaysia Speaking Mind Competition,” ungkapnya.

Keempat mahasiswa tersebut melakukan banyak latihan jauh-jauh hari sebelum kompetisi dilangsungkan. Persiapan yang dilakukan antara lain perihal perbaikan konten, tata bahasa, maupun dalam hal penyampaian speech.

“Di sini, mereka berlatih bersama Dr. Nurina selaku Faculty Ambassador FST, dibantu Dida Staff Wakil Dekan III. Mereka juga berlatih dengan dosen dari program studi masing-masing. Selain itu, semangat, motivasi dan dukungan selalu diberikan oleh para pimpinan di FST UNAIR,” tambahnya.

Hartati berpesan agar mahasiswa bisa selalu mengasah kemampuannya untuk meraih prestasi. Yang tidak kalah penting, pegang teguhlah excellent with morality.

“Semoga mahasiswa selalu mengasah kemampuan untuk meraih prestasi, menjadi yang terbaik dan terdepan, baik dalam kompetisi maupun rekognisi, tingkat nasional maupun internasional, dengan tetap memegang teguh excellent with morality,” pungkasnya.

Kapal Kontainer Berpendingin

Belindha Ayu Ardhani mahasiswa prodi Statistika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga menjadi juara IV dalam ajang Malaysia Speaking Mind Competition yang diselenggarakan pada Sabtu (3/8/19) di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Negeri Sembilan, Malaysia.

Bersama dengan 3 mahasiswa lainnya, Belindha membuat gagasan PHORE (Photovoltaic-based Refrigerated Container Ship). Yakni, inovasi kapal kontainer berpendingin berbasis fotovoltaik dengan cooling box yang sumber energinya juga disuplay dari fotovoltaik.

Gagasan tersebut diambil dari permasalahan mahalnya kebutuhan di daerah 3T (Terluar, Terdepan, dan Tertinggal). Setelah dilakukan studi literasi dari berbagai sumber, salah satu penyebabnya adalah alat transportasi yang kurang memadai. Terutama untuk transportasi laut yang umumnya digunakan untuk distribusi logistik antarpulau.

”Jadi, inovasi ini ditujukan untuk mendukung distribusi logistik ke daerah-daerah terpencil,” tambahnya.

Belindha menerangkan persiapan yang dilakukan, antara lain, banyak berlatih dan banyak konsultasi dengan dosen. Selain itu, mempelajari secara detail aturan dan penilaian lomba serta meminta saran dari banyak pihak.

”Sebelum hari-H, melakukan banyak latihan baik dari hal perbaikan konten, tata Bahasa, maupun dalam hal penyampaian speech,” ungkapnya.

Beberapa kendala turut ditemui Belindha dalam menyelesaikan gagasannya. Misalnya, banyaknya jurnal literatur yang dibutuhkan dan memahami materi gagasannya. Selain itu, kendala utama yang dihadapinya adalah perbedaan bidang yang ia gagas dengan bidang yang ia tekuni.

”Saya itu prodi (program studi, Red) statistika terus bahasnya tentang fisika. Jadi, butuh usaha keras banget dalam mahamin komponen kapal,” ujar mahasiswa angkatan 2017 tersebut.

Belindha berharap melalui kompetisi itu dapat semakin mengasah daya kritis dan inovasi. Selain itu, dapat mendorong dan menginspirasi teman-teman untuk berkiprah lebih baik, baik tingkat nasional maupun tingkat internasional.

”Serta sebagai sumbangan untuk UNAIR menuju World Class University (WCU),” tambahnya.

Pil Radioaktif

Sementara Nur Aidatuzzahro mahasiswa FST UNAIR meraih juara II di ajang Malaysia Speaking Mind Competition. Ide itu berawal dari seminar di Kalimantan, Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional) merencanakan membuat PLTN (Pembangkit Tenaga Listrik Nuklir) di daerah Melawi, Kalimantan Barat. Rencana tersebut menimbulkan pro-kontra. Terutama masyarakat takut terkena efek limbahnya.

”Nah, jadi aku ingin buat inovasi mendukung pemerintah. Tapi juga me-recycle limbah tersebut jadi barang berguna. Yakni buat nuclear medicine,” ungkapnya.

Dari masalah tersebut, Zahra – sapaan Nur Aidatuzzahro– membuat gagasan ”Radioactive Pills” from Nuclear Power Plant’s Waste Better Medical Technology. Dengan gagasan itu, ia membuat sebuah  nuclear medicine. Yakni, sebuah pengobatan atau terapi untuk diagnosis kanker.

”Kebanyakan yang digunakan itu radioisotope biasa. Aku radioisotopnya dari limbah pembangkit listrik tenaga nuklir, di mana limbah tersebut masih mengandung bahan aktif,” jelas mahasiswa Fisika FST UNAIR tersebut.

Zahra menerangkan persiapan yang dilakukan, antara lain, studi literature dengan membaca tiga jurnal milik Batan. Selain itu, ia mempelajari materi dari seminar Batan. Termasuk bertanya kepada salah seorang peneliti di Batan.

Sejumlah kesulitan turut ditemui Zahra dalam menyelesaikan idenya. Misalnya, di UNAIR, belum ada dosen yang bergerak spesifik di bidang itu (nuklir). Meski, nuclear medicine merupakan salah satu cabang dari Fisika, terutama Fisika Medis.

Selain itu, bagi Zahra, kendala awal yang dihadapinya adalah takut research-nya gagal dipahami. Meski demikian, research-nya pun akhirnya membuahkan prestasi. Penyelesaiannya research itu, ungkap Zahra, turut dibimbing Dr. Nurina Fitriani, S.T., dosen Teknik Lingkungan UNAIR. Karean itu, research tersebut juga lebih mengarah ke lingkungan.

”Kendala awal, takut research­-ku gagal dipahami. Tapi, ternyata jurinya ada yang dari Malaysian Nuclear Agency. Dan Alhamdulillah juara,” ujar mahasiswa angkatan 2017 tersebut.

Zahra berharap masyarakat menjadi tercerdaskan. Bahwa paradigma nuklir berbahaya itu tidak ada. Sebab, beberapa sudah banyak produk nuclear medicine. Dan, semoga research serta prestasinya mampu menginspirasi, bermanfaat, dan bisa membuat UNAIR semakin dikenal di kancah International. (Humas Unair)

Article Tags

Facebook Comments

Comments are closed.