Oleh; Teguh Wahyu Utomo
MEPNews.id – Mari kita munculkan gerakan nasional Remaja Melek Media.
Mengapa? Literasi media ini penting bagi remaja, bagi siswa, karena begitu luar biasanya arus informasi di era globalisasi. Begitu deras pula aspek positif dan negatif media yang bisa mempengaruhi anak-anak muda.
Saat ini, informasi apa saja bisa menyerbu kita kapan saja dan di mana saja. Seolah-olah, di jagad ini sudah tidak ada lagi ruang untuk benar-benar menyendiri. Sudah tidak mungkin lagi ada istilah ‘katak dalam tempurung.’ Sepanjang kita mampu dan mau mencari, apa pun bisa kita tahu. Tinggal pencet tombol, informasi berdatangan lewat radio, televisi, layar laptop, hingga telepon di genggaman tangan.
Nah, masalah muncul bukan karena seretnya produk informasi yang disampaikan media. Masalahnya sekarang justru bagaimana remaja mengenali mana media yang baik dan yang buruk, cara penyampaian yang benar dan yang salah, serta info yang akurat dan yang asal-asalan. Di sini perlunya melek media sehingga remaja bisa memilih informasi yang pas kebutuhannya tanpa merusak moral atau mentalnya.
Melek media bisa dikatakan sebagai kepanjangan dari melek huruf. Setelah bisa baca dan tulis, remaja juga harus melek isi dari apa yang dituliskan dan yang dibacakan. Remaja harus memahami isinya isi informasi. Tidak langsung menerima mentah-mentah apa yang disajikan, tapi tahu dan sadar untuk menelaah kandungannya hingga apa yang ada di balik penyajian informasi itu.
Untuk benar-benar melek media, remaja harus belajar banyak hal.
Pertama, memahami alat produksi media; teknologi apa yangdigunakan untuk menghasilkan dan menyebarkan info, siapa yang mencari dan mengolah informasi, siapa yang memiliki perusahaan media dan bagaimana mereka mencari untung, regulasi yang mengontrol produksi dan distribusi informasi, apa yang boleh disampaikan dan yang tak boleh disampaikan oleh lembaga-lembaga media tetentu, dan lain-lain.
Kedua, memahami bahasa media; bagaimana media menggunakan berbagai bentuk bahasa untuk menyampaikan fakta, ide atau makna, bagaimana memilih bahasa yang bisa diterima sebanyak mungkin orang, bagaimana aturan-aturan gramatikal media dan apa yang terjadi jika aturan itu dilanggar, apa dampaknya pemilihan kata atau bahasa tertentu bagi konteks informasi, dan lain-lain.
Ketiga, memahami audiens media; sekolompok manusia mana yang dibidik khusus oleh media tertentu, bagaimana media tertentu ‘mengobrol’ dengan audiensnya, bagaimana cara media menjangkau audiens, bagaimana audiens menggunakan info media untuk kehidupan sehari-hari, bagaimana audiens menalar produk media, kepuasan apa yang didapat dari media tertentu, dan lain-lain.
Keempat, memahami kepentingan media. Remaja harus memahami apa yang dicari lembaga media tertentu utuk menyampaikan informasi. Rasanya, banyak orang dan perusahaan media yang menggunakan produk informasi untuk mendapatkan keuntungan finansial, keuntungan politik, mencari prestise, dan sejenisnya. Namun, banyak juga individu atau lembaga media yang secara sukarela berbagi informasi. Di sini kadang bisa terlihat keculasan atau kebaikan individu atau perusahaan media tertentu.
Untuk menilai media itu beres atau tidak, remaja harus paham aturan hukum sebagai parameternya. Untuk menilai kepentingan media, remaja harus mengenal siapa produsen medianya dan bagaimana kondisinya di masyarakat. Untuk menilai konten/isi media bagus atau tidak, remaja harus paham hukum, etika dan moral serta kebutuhannya sendiri.
Rumit sekali, bukan?
Nah, banyak pakar media untuk bisa ditanya. Banyak orang bijak yang bisa memberi nasihat. Sudah waktunya para remaja mendapatkan bimbingan dari pakar yang bijak untuk urusan melek media.
Penulis adalah:
- praktisi media massa, penulis buku, trainer motivasional
- bisa dihubungi di cilukbha@gmail.com, atau https://www.facebook.com/teguh.w.utomo, atau https://www.instagram.com/teguh_w_utomo/