MEPNews.id – Sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia, Universitas Airlangga terus mengupayakan pengembangan ilmu pengetahuan dalam lingkup nasional, juga internasional. Salah satunya diwujudkan UNAIR melalui Fakultas Kedokteran (FK) dengan mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) bertajuk QS Subject Focus Summit Medicine (tentang Kesehatan dan Kedokteran) pada 23-25 Januari 2019.
Dengan tema ‘Memajukan Ilmu Kedokteran dan Kesehatan: Pendidikan, Penelitian, dan Kolaborasi’, konferensi dibuka Rektor UNAIR Prof Dr Muhammad Nasih SE, MT, Ak, CMA, bersama Ms. Mandy Mok selaku Chief Executive Officer QS Asia Quarquarelli Symonds Singapore pada Rabu malam 23 Januari di Hotel Bumi Surabaya.
Konferensi itu digelar Universitas Airlangga berkolaborasi dengan QS World Class University, terutama QS Asia. Kolaborasi bisa terjalin mengingat UNAIR telah bergabung dengan QS Quacquarelli Symonds, penerbit QS World University Rankings.
Konferensi digelar sebagai wadah mendiskusikan topik terkini bidang kesehatan dan kedokteran untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Juga memperkenalkan UNAIR sebagai universitas internasional yang terkenal dengan pendidikan/penelitian kedokteran dan salah satu anggota QS World Class University. Termasuk menjadi upaya membagikan dan memperluas jaringan serta sistem pendidikan kedokteran.
QS Subject Focus Summit Medicine mengakomodasi berbagai topik yang relevan dengan para pemimpin akademik dan profesional di bidang medis dan kesehatan. Secara khusus, panitia ingin fokus pada manajemen pendidikan, penelitian dan tantangan kolaborasi dalam dunia perubahan teknologi, sosial, dan ekonomi yang cepat.
Ada 200 peserta yang hadir, termasuk dekan, dokter, dan pemangku kepentingan dalam pendidikan kedokteran dari Indonesia dan negara-negara lain di seluruh dunia. Juga diperuntukan bagi mahasiswa kedokteran dari seluruh Indonesia dan lembaga internasional.
Terdapat tiga sesi dikusi dalam konferensi. Dua sesi bertema ‘The Impact of Information Technology in Medicine Education’ dan ‘Beyond Translational Method in Medicine amd Health Science’ pada 24 Januari 2019. Selanjutnya, sesi bertema ‘Collaboration in Supporting Medicine and Health Science’.
Rektor UNAIR Prof Nasih dalam sambutannya menyampaikan UNAIR berkomitmen menjadi pusat pengembangan penelitian kesehatan. Terdapat pusat-pusat pengembangan penelitian bidang kesehatan yang dimiliki UNAIR. Antara lain; Rumah Sakit Pendidikan, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan. UNAIR juga memiliki InstitutE of Tropical Desease (ITD).
Prof Nasih mengingatkan tantang perkembangan teknologi ke depan semacam Revolusi Industri 4.0. Tantangan-tantangan itu mesti direspons, terutama yang terkait dengan kesehatan, dengan sharing dan diskusi. Misalnya soal kecerdasan buatan atau artificial intelegence, juga pengembangan nanotechnology. Termasuk big data, new material, 3d printing, dan internet of things.
”Kita harus bersiap menghadapi era disrupsi teknologi. Kita harus bersiap dengan solusi yang mengabungkan physical domains, digital, dan biologi,” ujarnya.
Mandy Mok dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada UNAIR atas penyelengaraan konferensi. Menurut dia, Indonesia salah satu negara dengan jumlah penduduk besar. Problematika jumlah penduduk itu menjadi salah satu objek penelitian potensial, khusunya terkait kesehatan.
”Selamat datang kepada peserta. Saat ini kita berada di Kota Surabaya. Sebuah kota terbesar kedua di Indonesia. Nama Surabaya berasal dari dua kata Sura dan Baya yang berarti hiu dan buaya. Terima kasih atas pertisipasinya,” ujarnya.
(PIH UNAIR)