mepnews.id – IPB University, bekerja sama dengan Direktorat Perlindungan (Ditlin) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), melaksanakan penyebarluasan teknologi mikroba intensif dalam budi daya bawang merah di sentra produksi Brebes (Jawa Tengah) dan Nganjuk (Jawa Timur).
Dikabarkan situs resmi ipb.ac.id, dalam panen bersama di demplot Desa Pedeslohor, Kecamatan Jatibarang, Brebes, pada 2 November 2024, penerapan teknologi ini memberikan hasil memuaskan. Produktivitas bawang merah naik 26 persen tanpa menggunakan pestisida.
“Hasil demplot yang dipresentasikan petani menunjukkan teknologi ini meningkatkan keserempakan perkecambahan benih, jumlah daun, dan bobot umbi per tanaman dan produktivitas per satuan luas. Produktivitas yaitu bobot umbi basah naik 26 persen,” ujar Prof Widodo selaku ketua tim peneliti.
Bawang merah dikenal sebagai komoditas dengan penggunaan pestisida kimia sintetik sangat tinggi dengan penyemprotan dua hari sekali. Prof Widodo menyampaikan, rakitan teknologi ini bermanfaat memacu pertumbuhan tanaman, menekan serangan hama penyakit, dan meningkatkan produktivitas.
“Teknologi IPB University mempunyai tingkat keefektifan lebih baik dibanding cara konvensional dengan penggunaan pestisida kimia sintetik. Keistimewaan teknologi ini antara lain zero pesticides, yakni tidak menggunakan pestisida kimia sintetik sama sekali. Sepenuhnya menggunakan bahan bahan alami dan hayati, tetapi produksi tetap tinggi,” paparnya.
Dekan Fakultas Pertanian IPB University, Prof Suryo Wiyono, di lokasi kegiatan menyampaikan, “IPB University melalui Fakultas Pertanian dan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) mengembangkan berbagai teknologi untuk bawang merah. Sejak 2010 telah melakukan upaya merakit teknologi dengan memanfaatkan mikroba bermanfaat yang selektif. Ini sudah teruji pada berbagai komoditi.”
Teknologi pengendalian hama terpadu (PHT) mikroba intensif ini telah dikembangkan dan didesain supaya punya keefektifan tinggi, lebih murah, dan lebih ekologis. Selain meningkatkan produktivitas, teknologi ini juga meningkatkan efisiensi.
Melihat hasil demplot, Juwari selaku petani champion bawang merah Brebes merasakan teknologi ini prospektif untuk diaplikasikan. Makmur, salah satu petani milenial, berharap teknologi ini dimanfaatkan dalam budi daya tanaman pangan dan perkebunan.
Dwi Prasetio, dari Ditlin Horti yang hadir dalam kegiatan tersebut, berharap teknologi ini selain meningkatkan kuantitas juga mampu meningkatkan kualitas terutama dalam menurunkan residu pestisida pada produk bawang merah sehingga aman dikonsumsi.
Ir Tanti Palupi, Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Brebes, turut menyampaikan harapan. “Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan kesuburan tanah merupakan dua masalah yang tidak ada habisnya. Penelitian ini sangat membantu karena sentra produksi bawang merah tidak terpengaruh dari keberadaan OPT,” tuturnya. (*/Rz)