Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – Aras-arasen? Nggak semangat? Bad mood? Badan terasa kaku? Ingin marah? Wah, wah… semua bahaya. Gangguan koq bermacam-macam dan menyerang berbagai bagian tubuh luar dalam? Ya, begini lah kalau kita mengalami masalah dengan dopamin.
Apa itu dopamin?
Dopamin adalah zat atau senyawa kimia yang diproduksi tubuh di dalam otak. Bisa berfungsi sebagai salah satu neurotransmitter terpenting dalam sistem saraf manusia. Bisa juga menjadi hormon.
Ini adalah senyawa kimia yang bertindak sebagai pembawa pesan antara sel-sel saraf di otak dan bagian-bagian lain dari tubuh. Dopamin memainkan peran penting dalam berbagai fungsi tubuh dan proses kognitif, dan juga berpberfungsi sebagai hormon.
Peran penting dopamin antara lain untuk regulasi mood alias suasana hati, mengatur motivasi, dorongan, dan kepuasan. Juga, penting untuk pengendalian gerakan tubuh, memengaruhi fungsi kognitif, termasuk perhatian, pemecahan masalah, belajar, dan memori.
Dopamin juga mempengaruhi reward system dalam otak. Saat kita merasa puas atau mendapatkan sesuatu yang dinginkan, produksi dopamin meningkat dalam otak. Ini memberikan perasaan happy, nikmat, atau sejahtera.
Masalalahnya, kadang ada gangguan dalam sistem dopamin yang dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan mental dan fisik. Sakit fisik, misalnya terluka atau terinfeksi, relatif lebih mudah terdeteksi lewat gejala-gejala yang secara kasat mata bisa dilihat. Namun, gangguan sistem dopamin relatif lebih susah dideteksi karena gejalanya sangat beragam.
Kekurangan dopamin sering terkait dengan berbagai gangguan neurologis dan psikiatrik. Kekurangan dopamin dalam area otak yang mengendalikan gerakan dapat menyebabkan Parkinson’s disease. Orang jadi sering gemetar, kaku pada otot, kesulitan bergerak, dan sulit menjaga keseimbangan.
Orang yang depresi biasanya punya gangguan sistem dopamin. Begitu juga dengan orang yang sulit berkonsentrasi, sulit termotivasi, dan sulit merasa puas dengan aktivitas sehari-hari. Kekurangan dopamin dapat terkait dengan risiko peningkatan perilaku kecanduan obat-obatan terlarang atau perilaku berisiko.
Gangguan dopamin juga memengaruhi siklus tidur sehingga orang jadi insomnia, juga memengaruhi nafsu makan sehingga orang ogah makan atau makan berlebihan. Dalam kondisi ekstrem, kekurangan dopamin bisa menimbulkan gejala psikotik seperti halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada) atau delusi (keyakinan yang salah).
Sebaliknya, ketika kadar dopamin dalam otak terlalu tinggi (hiperdopaminergik), konsekuensinya juga serius pada kesehatan fisik dan mental. Kondisi seperti skizofrenia (gila) dan bipolar sering terkait dengan kelebihan dopamin dalam otak. Begitu juga dengan kecemasan dan stres.
Hiperdopaminergik juga bisa menyebabkan hipomotivasi: Dopamin memang sering dikaitkan dengan motivasi, tapi kelebihan dopamin sangat tinggi justru dapat menyebabkan kelesuan atau kurangnya motivasi ekstrem.
Dalam beberapa kasus, paparan berulang terhadap tingkat dopamin yang tinggi (misalnya, melalui penggunaan obat-obatan) dapat menyebabkan toleransi. Artinya, tubuh memerlukan lebih banyak dopamin untuk mencapai efek yang sama. Ini dapat mengarah ke kecanduan.
Bagaimana menytabilkan kadar dopamin dalam otak? Ada beberapa cara, yang alami maupun yang intervensi.
Olah raga atau gerak fisik secara teratur adalah salah satu cara terbaik menytabilkan dopamin dalam otak. Aktivitas fisik merangsang pelepasan dopamin dan endorfin yang dapat meningkatkan suasana hati dan perasaan nyaman. Maka, sering-seringlah latihan kardiovaskular misalnya berlari, berenang, atau bersepeda.
Diet seimbang dapat mendukung produksi dopamin secara sehat. Pastikan makanan mengandung cukup asam amino tirozin sebagai prekursor dopamin. Daging, ikan, telur, dan produk susu dapat meningkatkan tirozin. Makanan kaya antioksidan, seperti buah dan sayur, dapat melindungi sel-sel otak dan membantu menjaga kadar dopamin seimbang.
Hindari kebiasaan berisiko. Misalnya; merokok, ngebir, mabuk minuman, atau memakai obatan terlarang. Ini dapat mengganggu produksi dan penggunaan dopamin dalam otak. Kalau sedang stres, jangan lari ke kebiasaan semacam ini. Ganti ke kebiasaan yang lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
Menantang diri dengan aktivitas berfikir bisa mengoptimalkan produksi dopamin. Misalnya, memecahkan teka-teki, mempelajari sesuatu baru, melakukan aktivitas kreatif seperti menikmati atau menciptakan karya seni.
Jangan lupa, interaksi sosial yang positif dengan teman, keluarga atau lainnya, juga dapat merangsang pelepasan dopamin. Hubungan sosial yang kuat dapat memberikan dukungan emosional yang meningkatkan rasa nyaman dan sejahtera.
Kalau mau ‘obat’, coba saja suplemen herbal atau vitamin. Misalnya, pakai ginseng, kurkumin (komponen aktif kunyit), atau vitamin D. Kalau pakai obat-obat kimia tertentu, konsultasikan dulu dengan psikiater, psikolog, atau ahlinya. Jangan asal ngobat.