Oleh: Yayuk Agustiani
mepnews.id – Desa Bangunsari di Kecamatan Pacitan, Jawa Timur, memiliki situs yang pada jaman dahulu hingga sekarang dianggap misteri. Situs ini memang tidak setenar Luweng Jaran, Gua Gong atau Goa Tabunan. Ya, karena situs ini tidak dijadikan tempat wisata tapi hanya tempat biasa yang tetap misterius karena kisahnya.
Masyarakat Desa Bangunsari menyebutnya Watu Lawang. ‘Watu’ berarti ‘batu’, dan ‘lawang’ berarti ‘pintu’. Secara fisik, situs ini terlihat seperti batu biasa dan sama sekali tidak ada pintunya. Akan tetapi, tempat ini dulunya dianggap angker karena ada danyang (makhluk halus) yang mbaurekso (menghuninya).
Menurut cerita yang beredar di masyarakat secara turun-menurun, situs Watu Lawang ini memiliki kisah misteri dan ada kekuatan gaibnya. Namun, saat ini sudah tidak banyak orang tahu tentang cerita Watu Lawang. Situs ini dulu memiliki juru kunci yang menjaga keberadaannya sekaligus memberi penjelasan pada masyarakat sekitar. Sekarang, juru kuncinya tidak ada. Karena tidak ada penerus yang menjadi juru kunci, Watu Lawang kini menjadi terlihat seperti batu biasa yang ada di bawah gunung.
Ada salah satu tokoh masyarakat yang bertempat tinggal di sekitaran Watu Lawang. Beliau dulu pernah mendapat cerita dari orang tuanya dan sewaktu kecil pernah bertemu juru kunci Watu Lawang. Menurut Beliau, Watu Lawang itu sebenarnya tempat pertapaan di atas batu. Jadi, pintunya ada di tempat pertapaan. Di bawahnya ada sebuah goa kecil untuk menyimpan barang. Yang disimpan adalah alat-alat kleningan (alat musik karawitan) untuk jaranan (kuda kuning). Alat tersebut memiliki kekuatan magis kalau di gunakan karena dianggap bertuah.
Menurut masyarakat, dulu Watu Lawang ada yang mbaurekso. Banyak orang meminta bantuan ke juru kunci untuk mendapatkan kesembuhan dan untuk meminjam alat musik mengiringi permainan jaranan. Jika ada orang minta bantuan melalui juru kunci, maka pintunya dibuka. Juru kunci lalu melakukan ritual kepada yang mbaurekso tempat itu. Kemudian permintaan akan penuhi. Salah satu permintaan adalah menyembuhkan penyakit yang dilakukan orang tua tokoh masyarakat setempat. Permintaan lainnya biasanya meminjam gong, kenong atau alat kleningan lainnya.
Watu Lawang ini tidak bisa atau tidak boleh dibuka sembarang orang. Yang bisa membuka hanya juru kuncinya. Pernah, ada seorang yang sedang mencari ilmu kanuragan dari Yogyakarta. Orang ini memaksa masuk dan bertapa di Watu Lawang, sampai akhirnya menjadi kayu. Artinya, dia menjadi satu di pertapaan itu dan tidak bisa pulang kembali ke dunia nyata.
Sekarang, keberadaan Watu Lawang sudah tidak lagi dianggap memiliki kukuatan magis. Menurut seorang tokoh setempat, beberapa orang telah mengambil/mencuri gong dan kenong di dalam goa Watu Lawang setelah juru kunci meninggal. Semenjak itu, masyarakat tidak bisa lagi memnjam perlengkapan jaranan yang disimpan di Watu Lawang.
- Penulis adalah Pustakawati di Perpustakaan Kabupaten Pacitan
- Artikel ini sudah dimuat di buku ‘Tadabur Literasi‘.