Oleh: Teguh W. Utomo
mepnews.id – Lebih dulu, mari kita bedakan hearing (mendengar) dengan listening (mendengarkan). Hearing lebih bersifat pasif. Kita mendengar suara mobil lewat. Kita mendengar orang bergunjing. Kita mendengar letusan ban. Hanya mendengar, tidak berusaha secara aktif mendapatkan sumber suara. Sementara, listening bersifat lebih aktif dan menyengaja. Ada upaya kita untuk mendapatkan sumber suara. Kita mendengar rekan yang curhat. Kita mendengarkan ceramah tokoh agama. Kita mendengarkan nasihat orang tua. Kita mendengar guru menerangkan pelajaran.
Kita mendengarkan karena sejumlah alasan. Saat mendengarkan, kita sengaja ingin mendapatkan informasi dari sumber wicara. Kita ingin mendapatkan pemahaman dari penjelasan sumber wicara. Kita ingin berbagi pendapat dengan sumber wicara.
Maka, dengan mendengarkan, kita bisa mendapat informasi dari teman, keluarga, atau siapa saja. Kita benar-benar ingin tahu apa yang terjadi dalam hidup mereka. Setelah mendapat info, kami benar-benar peduli dengan kondisi mereka.
Dengan mendengarkan, kita bisa belajar tentang orang lalu mengembangkan pemahaman tertentu tentang orang yang kita dengarkan itu. Dengan demikian, hilanglah prasangka atau penilaian awal kita tentang dia. Maka, ini bisa membuka peluang melepaskan diri dari bias dan kefanatikan.
Dengan mendengarkan, kita bisa terhubung pada tingkat lebih dalam dan bermakna dengan orang-orang lain. Mereka bisa mengungkapkan kondisi diri mereka, menunjukkan kepada kita kerentanan mereka, harapan dan ketakutan mereka, dan lain-lain.
Mendengarkan membuat kita menjadi manusia. Itu membuka kita secara mental dan emosional kepada orang lain. kita bisa bersimpati dan berempati terhadap kondisi dan kekhawatiran orang lain.
Tidak hanya untuk membantu dan melayani orang lain, tetapi juga mengkondisikan kita sendiri menjadi orang yang lebih sabar, welas asih, dan bisa mengasuh atau mengayomi.
Trampil mendengarkan bisa membawa kita keluar dari kecenderungan menuju penyerapan diri berlebihan dan terlalu memenentingan diri sendiri, sekaligus lebih menghubungkan kita secara intrinsik dengan dunia sekitar.
Saat mendengarkan, kita mengembangkan sudut pandang, perspektif, dan wawasan baru untuk diri sendiri dan pada saat yang sama kita memupuk hubungan yang memberikan kepercayaan dan rasa hormat dengan orang lain.
Menjadi pendengar yang baik dan sungguh-sungguh adalah keterampilan penting untuk berkomunikasi secara efektif. Kita bisa membangun hubungan baik dengan orang lain, mengelola stres diri sendiri, dan mengembangkan kapasitas untuk mengenali dan memahami emosi diri dan orang-orang yang berkomunikasi dengan kita.
Karena itu, jangan sepelekan listening skill.
Yuk, kita berlatih listening skill untuk kebahagiaan diri sendiri dan orang lain.


