mepnews.id – Pasokan sumber daya alam tak terbarukan untuk pembangkit listrik di Indonesia terus berkurang. Polusi yang dihasilkan dari prosesnya juga memperburuk kondisi lingkungan. Dilatarbelakangi permasalahan ini, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan inovasi pembangkit listrik dari getaran kendaraan yang melintasi pita penggaduh.
Tim Mahatma Gandhi ini beranggotakan Djody Rizqy Rahman dan Tiffany Rachmania Darmawan dari Departemen Teknik Instrumentasi, serta Muhamad Kholiq Iqbal dari Departemen Teknik Elektro Otomasi. Inovasi mereka bernama Road Speed Bump’s Vibration Power Plan (RSV-P). Getaran mekanik hasil kontak antara pita penggaduh dengan roda kendaraan yang melintas bisa dikonversi menjadi energi listrik.
Djody Rizqy Rahman, ketua tim, menjelaskan ide konversi ini pernah diteliti sebelumnya. Penelitian terdahulu menggunakan polisi tidur, dan inovasi kali ini memanfaatkan pita penggaduh yang biasanya ada di jalanan padat kendaraan. Pita penggaduh dipilih karena dapat diaplikasikan pada jenis jalanan yang lebih luas dibandingkan polisi tidur. “Polisi tidur biasanya ada di jalan gang. Pita penggaduh bisa di jalan raya, jalan tol, dan masih banyak lagi.”
Selain itu, pemanfaatan pita penggaduh membuat kontak antara kendaraan dengan jalan semakin besar sehingga energi mekanik yang dapat ditangkap oleh sensor piezoelectric juga semakin banyak. “Pita gundukan ini punya lebih dari satu gundukan jadi kontak dengan kendaraannya semakin banyak,” ujarnya.
Tak sebatas perbedaan media kontak, pengembangan ini juga dibekali dengan mikrokontroler ESP8266 yang memungkinkan alat terhubung perangkat seluler melalui teknologi wi-fi. “Pengguna bisa menggunakan aplikasi berbasis Internet of Things (IoT) yaitu Blynk untuk mengatur komponen alatnya, seperti arduino dan node MCU,” papar mahasiswa kelahiran tahun 2003 ini.
Dalam proses konversi energi mekanik ke listrik, RSV-P menggunakan sensor piezoelectric. Energi listrik yang telah dikonversi dialirkan ke modul op-amp yang berfungsi menguatkan jumlah tegangannya. Tegangan yang dihasilkan alat ini berbanding lurus dengan kecepatan, massa, dan kepadatan kendaraan yang melintasi pita penggaduh. “Dalam kondisi macet pun alat dapat menangkap energi mekanik yang ada saat kendaraan melintasi pita penggaduh,” lanjut Djody.
Energi listrik yang telah dikuatkan oleh modul op-amp tersebut dialirkan ke modul charger untuk disimpan pada penyimpanan energi. Selain dialirkan ke penyimpanan energi, sinyal yang dihasilkan juga dialirkan ke sensor piezoelectric agar dapat diproses mikrokontroler untuk ditampilkan di layar LCD dan pengguna dapat mengetahui besar tegangan yang dihasilkan.
Prototipe RSV-P menggunakan lima pita penggaduh dan empat sensor piezoelectric pada tiap pita penggaduh yang dirangkai seri paralel. Saat diuji coba dengan menggunakan massa kendaraan 186 kilogram dan kecepatan 10 kilometer per jam, tegangan listrik yang dapat dihasilkan bisa mencapai 15,01 volt.
Untuk pengembangan selanjutnya, kata Djody, ketahanan alat ditingkatkan sehingga memenuhi standar dan dapat dikatakan layak untuk diaplikasikan di jalan raya umum maupun jalan tol. “Saya berharap dapat segera diaplikasikan pada jalan raya untuk memberikan sumber energi listrik alternatif bagi lampu penerangan jalan,” kata mahasiswa asal Tuban ini. (Dian Nizzah Fortuna)