mepnews.id – Tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas), mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang mesin penggiling kotoran kambing. Mesin inovatif ini untuk mempermudah proses pembuatan pupuk organik.
Kegiatan KKN Abmas di Desa Kenongo, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, ini melibatkan kelompok Karya Bakti II sebagai salah satu kelompok tani Desa Kenongo.
Pembuatan mesin penggiling kotoran kambing digagas oleh dosen Departemen Teknik Instrumentasi, Fakultas Vokasi ITS, Putri Yeni Aisyah ST MT, beserta empat mahasiswa yakni Tsurayya Alifia Zahrah, Adhista Widya Nandasari, dan Yanuari Rizqii Waahidah dari Departemen Statistika, serta Leyli Lathifatul Azizah dari Departemen Matematika. Keempatnya melakukan proses perancangan hingga uji coba mesin enam bulan sejak Mei 2021.
Adhista menjelaskan, kelompok tani Bakti Karya II sebenarnya telah memiliki mesin penggiling kotoran kambing. Akan tetapi, mesin itu memiliki kelemahan. Proses penghancuran memakan waktu lama dan harus dilakukan berulang kali untuk mendapat gilingan yang baik.
Tim KKN ITS berinisiatif menciptakan mesin penggiling kotoran kambing yang lebih efektif dan efisien. Secara spesifik, mesin yang diusung oleh tim KKN ITS dapat menghancurkan geometri kulit kotoran kambing yang keras, sehingga bisa digunakan sebagai pupuk.
Di samping itu, mesin dibuat dengan bentuk sudut seperti martil sehingga proses penggilingan diasumsikan seperti pemukulan berulang-ulang. “Kotoran kambing yang sudah kering masuk ke gulungan penggiling yang berputar berlawanan dan dibawa menuju ke pembuangan,” papar alumnus SMA Negeri 2 Lumajang itu.
Dalam prosesnya, Adhista mengatakan terdapat beberapa tahapan yang telah mereka eksekusi. Tahap pertama berupa survei langsung menuju Desa Kenongo untuk bertemu kelompok tani Karya Bakti II sekaligus berdiskusi terkait permasalahan yang ada. Kemudian, proses perancangan mesin dan persiapan teknik instalasi mesin. Terakhir, mereka melakukan instalasi atau pemasangan mesin, diiringi proses uji coba serta evaluasi kinerja alat yang dibuat.
Mahasiswi yang hobi menari itu menceritakan, pembuatan bodi mesin penggiling merupakan hasil kerja sama antara Laboratorium Pengukuran Departemen Teknik Instrumentasi ITS dan bengkel mekanik. Proses pembuatan mesin penggiling kotoran kambing tersebut memakan waktu sekitar dua bulan. “Setelah itu kami melakukan penyerahan alat kepada kelompok tani Karya Bakti II,” ungkap Adhista.
Adanya pembuatan mesin ini mendapat animo yang luar biasa dari masyarakat setempat. Kelompok tani Karya Bakti II memberikan respon yang baik dan sangat mendukung kegiatan yang dilakukan tim KKN ITS.
Gilingan kotoran kambing yang dihasilkan mesin rancangan tim KKN ITS lebih mudah melebur dengan tanah. Alat tersebut juga tidak membutuhkan waktu lama dalam memprosesnya.
Besarnya antusiasme masyarakat membuat kegiatan ini berjalan tanpa hambatan. Namun, adanya pembatasan sosial akibat melonjaknya pandemi COVID-19 sempat membuat koordinasi antara mitra dengan tim KKN ITS tidak bisa dilakukan secara langsung.
“Akhirnya kami melakukan komunikasi terkait perkembangan alat dan kegiatan KKN ITS ini secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting. Puji syukur, semua lancar hingga proses penyerahan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan,” tuturnya.
Adhista menginginkan program ini dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) ITS, khususnya dalam peningkatan produksi dan produktivitas hasil pertanian melalui penggunaan pupuk organik.
Selain itu, diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dan kelompok tani yang telah dibina bisa menjalin kerja sama dengan ITS menjadi suatu kelompok binaan. (Yanwa Evia Java)