Oleh: Lina Kamalin
mepnews.id – Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak pantai. Dari arah utara yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, ke sisi timur ujung Pulau Jawa yang bersentuhan dengan Selat Bali, hingga di sisi selatan yang bersentuhan dengan Samudra Indonesia. Berderet, tak berujung, berjajar pantai-pantai. Masing-masing memiliki keelokan tersendiri. Ada pantai dengan pasir halus berwarna abu-abu, hitam, putih, pink, merah, sampai pasirnya berukuran sebesar gotri. Tidak berlebihan jika Banyuwangi disebut kabupaten seribu pantai.
Mari tengok salah satu pantai di seputaran kota. Namanya Pantai Cacalan. Lokasinya di jalan Lundin, Kelurahan Sukowidi, Kecamatan Kalipuro. Jika diukur, kurang lebih 1 km dari titik nol kilometer Banyuwangi ke arah utara. Jika dari arah utara, lewat jalan Gatot Subroto lalu masuk ke arah timur sekitar 500 meter.
Untuk menuju pantai, kita harus melewati jalanan beraspal yang tidak rusak namun juga tidak bagus. Sepanjang jalan terdapat pabrik dan pemukiman warga. Yang paling mencolok, ada industri North Sea Boats (PT Lundin Industry Invest). Pabrik seluas 3800 m2 ini memproduksi boat untuk kebutuhan militer. Di sini, sebagian alutsista NKRI dibuat.
Sekitar 200 m kemudian, kita memasuki kawasan Pantai Cacalan. Di gerbang, kita disambut para petugas porter tiket dan petugas parkir. Mereka warga Sukowidi yang mengelola tempat wisata dengan tiket masuk hanya Rp 5.000 per pengunjung ini. Kita bisa parkir di utara pintu masuk atau sebelah selatan. Di area parkir luas bagi kendaraan roda dua maupun roda empat, kita bisa merasakan hamparan pasir abu-abu yang cukup padat jika pasca hujan.
Jam kunjung di Pantai Cacalan bisa pagi hingga malam setiap hari kecuali Senin. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengeluarkan peraturan, tempat wisata dilarang buka di hari Senin karena pembenahan protokol kesehatan. Pertimbangannya, saat weekend pasti padat pengunjung. Maka, pada hari Senin para pengelola tempat wisata melakukan penyemprotan disenfektan, melengkapi sarana kesehatan, dan menata lokasi agar bersih dan rapi sesuai peraturan yang berlaku.
Pantai Cacalan memiliki daya tarik tersendiri. Sunrise cantik bisa dinikmati setiap pagi yang cerah. Di sepanjang bibir pantai terdapat kursi-kursi yang nyaman. Kursi kayu panjang dengan sandaran sedikit merebah diletakkan di bawah payung-payung penghalang sinar matahari terik.
Banyak pengunjung datang pagi hari menunggu matahari terbit. Mereka ingin menikmati pemandangan semburat lembayung mengantar sang mentari kala akan mengintip dunia. Berangsur naik dan meninggi, warna lembayung memudar berganti keperakan. Membuat mata terpana dan tak jemu menyaksikan episode drama matahari ini.
Tentu saja, tak semua pengunjung duduk tenang menikmati penggalan kisah matahari pagi. Beberapa juga menikmatinya dengan jalan kaki di bibir pantai, membiarkan kaki basah mereka dicumbu oleh buih lembut yang dihantarkan ombak ke pantai. Saat riak asin setinggi mata kaki, kita akan merasakan gesekan batu-batu di dasar air. Terkadang ada rasa geli di kaki jika kerikil menggesek telapak kaki saat terseret ombak. Sensasi pagi ini selalu membuat rindu.
Setelah melihat jajaran kursi pantai di bawah payung di sisi utara pantai, mari lanjutkan jalan-jalan menuju ke arah selatan. Lurus searah pintu masuk, kita bisa melihat plengsengan dengan dataran pasir miring. Kira-kira kemiringannya 45o dari permukaan tanah. Mengapa dibuat demikian?
Ini adalah galangan yang digunakan untuk meluncurkan boats atau alutsista dari PT Lundin. Jika beruntung, kita bisa menyaksikan bagaimana pabrik melepas kapalnya di pantai. Seru dan meriah, seperti melepaskan tukik ke lautan lepas. KRI Klewang dan KRI Golok, yang berteknologi stealth dan bersenjata rudal, juga dilepaskan di pantai ini.
Lanjut ke selatan, setelah galangan kapal, kita memasuki gate berikut. Di sebelah barat terdapat aula terbuka dari kayu dengan kapasitas 100 orang. Aula ini sering dimanfaatkan untuk pertemuan dalam skala sedang. Sesekali digunakan untuk pertemuan anak-anak sekolah, para siswa TNI, atau reuni keluarga. Tepat di sebelah timur aula berderet warung-marung makan.
Ada banyak menu yang disajikan. Antara lain menu oriental seperti nasi goreng, mie goreng, dan fuyunghai. Ada pula makanan Nusantara, seperti nasi soto, rawon, dan nasi campur. Tak ketinggalan, makanan khas suku Using yaitu rujak soto dan sego tempong. Ada pula kudapan french fries, kucur, tahu walik, pisang goreng, ubi goreng dan sebagainya. Minuman juga tersaji lengkap. Ada minuman hangat seperti jahe, teh, dan kopi. Ada pula aneka es dan jus.
Yuk duduk dulu, sambil pesan rujak soto. Menu khas Banyuwangi ini perpaduan antara rujak sayur bumbu petis yang legit dengan soto babat. Pasti aneh jika hanya membayangkannya. Namun, setelah dicicipi, menu ini sungguh kaya dengan cita rasa. Ada perpaduan manis, asin, gurih yang sangat nendang di dalam mulut. Jika suka pedas, makanan ini semakin menggugah selera.
Coba pula pesan sego tempong. Sego berarti nasi. Tempong berarti tempeleng. Bahan dasarnya nasi hangat, dipadu dengan aneka sayuran, ikan asin, gimbal jagung, tahu goreng, tempe goreng, dan sambel terasi dari bahan mentah. Rasa pedas sambal ini lah yang membuat kita seakan-akan ditampar orang. Nah, siapa berani makan nasi bagai ditampar? Jangan khawatir! Sepadan lho rasanya segar dan penuh warna rasa. Apalagi makannya di tepi pantai; menikmati hidangan pedas sembari menikmati keindahan alam.
Sekarang, kita jalan kembali ke selatan melalui jembatan kayu. Di sini siatuasinya lebih padat. Di sisi timur ada banyak kursi pantai dan ada joglo menghadap ke pantai. Di sisi barat ada muara sungai yang dibendung seperti danau buatan. Kita bisa naik kano berkeliling muara. Harga sewanya Rp 10.000. Jangan lupa beli makanan ikan ya. Saat berkano di tengah danau, kita bisa berhenti dan memberi makan ikan-ikan. Mereka tahu kita membawa makanan untuk mereka.
Di tengah danau, kita bisa menemui jembatan kayu yang menghubungkan dua daratan timur dan barat. Daratan sebelah barat juga banyak rumah joglo serupa balai bengong. Kita bisa menggunakannya bersama keluarga dengan menikmati pantai atau gugusan tanaman kayu di belakangnya.
Ada lagi yang menarik di area ini, yaitu ratusan merpati. Kita bisa memberi mereka biji jagung yang sudah disediakan dengan harga Rp 5.000. Mereka akan dengan riang menghampiri kita. Bahkan ada yang tak sabar, mematuk biji-biji jagung saat masih ada di tangan kita. Serasa kita adalah pemiliknya.
Tak kalah menarik, suasana pesisir Cacalan di malam hari. Tetap bermandikan cahaya, namun dari lampu-lampu dengan disain indah di banyak sisi. Ada yang serupa gugusan bintang, ada pula ibarat kawanan kunang-kunang. Lampu berwarna warni memenuhi malam bak gemintang di galaksi raya. Tentu saja kita hanya melihat bayang-bayang ombak di pantai. Namun suara deburannya tetap menjadi ciri khas pesisir yang damai.
Tak salah jika pesisir Cacalan menjadi alternatif destinasi wisata. Kita bisa mendapatkan banyak pengalaman. Selain bertadabur alam untuk mengingat kebesaran Tuhan, kita juga bisa bercengkrama dengan flora dan faunanya. Sangat recommended bagi wisatawan.
- Penulis adalah Kepala SD Negeri 1 Lateng, Banyuwangi. Email: kamalinbanyuwangi@gmail.com, Hp 081234623374
👍👍