Aplikasi Optimalkan Kelayakan Finansial PLTSa

mepnews.id – Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas solusi untuk mencapai kelayakan finansial dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) guna menarik investor. Solusi ini dibarengi dengan pemberdayaan masyarakat lewat aplikasi Social Empowerment.

Ketua tim, Rizki Amrizal, menjelaskan timnya mendapatkan informasi produksi sampah 12 ton per hari di Makassar. Meski begitu, para investor ragu mengenai kelayakan finansial dari PLTSa tersebut. “Jadi kami berusaha meyakinkan mereka bahwa berinvestasi di sini itu menguntungkan.”

Tampilan aplikasi Social Empowerment.

Mahasiswa asal Bojonegoro ini menyebutkan, hasil analisis kelayakan finansial bersama timnya menunjukkan nilai internal rate of return (IRR) alias tingkat keuntungan yang akan didapatkan dari investasi berada di angka 19,9 persen. Nilai ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan minimum attractive rate of return (MARR) yang berada di angka 6 persen. “Indikator IRR yang didapatkan hingga mencapai tiga kali lipat. Dari segi profit, sangat bisa meyakinkan investor,” tuturnya.

Amrizal bersama timnya mengajukan beberapa solusi. Pertama, mengalihkan proses pada pembangkit listrik dari pembakaran ke gasifikasi. Dengan peralihan ini, meski memiliki biaya lebih mahal, akan mengurangi emisi yang signifikan. “Mesin pembakaran menghasilkan karbon monoksida tinggi. Jika gasifikasi, karbon monooksina bisa berkurang drastis,” ungkapnya.

Kedua, memberikan tipping fee kepada setiap PLTSa yang akan dibangun di Makassar. Tipping fee yang ditawarkan diberi nama Bilos ini sebesar Rp 160 ribu.

Tampilan aplikasi Social Empowerment.

Ketiga, tim ini mengombinasikan antara electricity supply chain dengan green business supply chain. Dengan begini, pembangkit listrik tersebut akan mendapatkan pasokan sampah untuk terus beroperasi, sekaligus akan memberikan efek hijau pada lingkungan dengan memanfaatkan kembali sampah yang ada.

Keempat, pembuatan aplikasi terintegrasi dengan nama Social Empowerment. Aplikasi ini memiliki berbagai manfaat yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Tiga fitur utamanya; transparansi informasi PLTSa, program hadiah, dan informasi lowongan pekerjaan. “Hadiah itu bisa seperti poin yang didapat setiap kali pengguna memberikan sampah ke PLTSa,” ujar Amrizal.

Mahasiswa angkatan 2019 ini melanjutkan, Social Empowerment diusulkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya berbagai permasalahan melibatkan masyarakat sekitar PLTSa. Dengan adanya aplikasi yang memuat berbagai informasi krusial tersebut, diharapkan masyarakat sekitar terbantu.

Ide yang disusun dalam waktu tiga minggu ini dituangkan dalam karya tulis berjudul Optimalisasi Kelayakan PLTSa Makassar Menggunakan Electricity Supply Chain Management dengan Bantuan Aplikasi Social Empowerment untuk Pemberdayaan Masyarakat. Karya tulis ini pun digarap oleh Amrizal bersama Reyhan Hamdan Ibda’u Atma dan Muhammad Revanza Maulana.

Dengan bimbingan Dr Adithya Sudiarno ST MT IPM ASEAN Eng, tim ini berhasil meraih juara 2 dalam Business Case Competition Constrain 2022 yang diselenggarakan Universitas Hasanuddin, akhir Januari. Mereka menyisihkan 10 tim lain dalam kompetisi tersebut. (Muhammad Miftah Fakhrizal)

Facebook Comments

Comments are closed.