Karya: M. Agus Setiawan
mepnews.id – Tergopoh-gopoh, Bintang sampai di sekolah. Jam sudah menunjukkan 07.05. Gerbang sudah tertutup. Untungnya, Pak Andi masih terlihat melangkah usai menutup gerbang.
“Pak… tolong buka pintunya…” teriak Bintang dari luar gerbang.
Penjaga sekolah itu menoleh sambil tersenyum saat membukakan pintu pagar. “Bintang… Bintang… mengapa sih kamu sering kali terlambat?”
“Maaf, Pak. Saya tergesa-gesa,” jawab Bintang berlari tanpa memperjelas alasannya, sehingga Pak Andi hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil menutup kembali pintu gerbang.
Dengan nafas masih tersengal-sengal, Bintang mengetuk pintu kelas. “Se..se…selamat pagi, Pak.”
“Selamat pagi… Mengapa kamu terlambat?” tanya Pak Burhar.
“Maaf, Pak… Saya belajar sampai larut malam karena akan ada penilaian harian dari Bapak,” jawab Bintang.
Pak Burhan hanya tersenyum dan mempersilakan Bintang duduk dan mengikuti penilaian harian Matematika. Bintang melangkah ke tempat duduknya, dan dalam hati berkata, “Untung Pak Burhan tidak menghukum. Padahal, semalam aku mempersiapkan catatan untuk contekan he..he…he….”
Dua hari kemudian, hasil penilaian harian dibagi. Seperti biasa, Pak Burhan selalu membacakan lima nama anak yang memperoleh nilai tertinggi sebagai motivasi bagi siswa lain agar lebih giat dan bisa menjadi yang terbaik. Empat nama telah disebut, tinggal satu yakini yang terbaik.
Bintang tidak terlalu antusias dengan pengumuman itu. Karena sudah biasa tidak masuk dalam daftar panggilan tersebut, ia cuek saja.
Namun…
“Bintang…” sebut pak Burhan untuk peringkat terbaik penilaian harian.
Deg… Bintang serasa copot jantung mendengar namanya dipanggil Pak Burhan. Belum lepas dari rasa tidak percaya, Bintang melangkah menuju Pak Burhan. Ada gemuruh dalam hati saat ia mengambil lembar kertas penilaian harian.
“Bintang, berdiri di sini dulu. Bapak ingin bertanya, dan sampaikan jawabanmu ke teman-temanmu,” kata Pak Burhan ketika menyerahkan hasil penilaian.
Sekonyong-konyong, jantung Bintang kembali berdebar tak menentu.
“Kiat apa yang kamu lakukan sehingga dapat mengerjakan soal dengan sempurna?” tanya Pak Burhan.
Dengan tatapan sayu, Bintang menjawab, “Saya belajar dengan sungguh-sungguh, menghafal rumus dan berlatih mengerjakan soal-soal.”
Bintang tidak terlalu bersemangat karena ini bukan jawaban sebenarnya. Yang mencuat di kepalanya saat ditanya Pak Burhan hanya Anton. Itu yang dilakukan Anton, bukan yang dilakukan Bintang. Tiap kali Bintang mengajak Anton bermain, selalu saat itu Anton sedang belajar. Bintang ingat betul apa yang dikatakan Anton; “Sering-sering berlatih soal adalah kunci keberhasilan mengerjakan soal Matematika.”
Pak Burhan, yang tahu jawaban itu bukan yang sebenarnya, hanya tersenyum. Ia tetap berkata pada semua siswa, “Betul apa yang dikatakan Bintang. Dengan giat belajar dan berlatih mengerjakan soal-soal, maka dengan sendirinya kamu akan mendapatkan hasil terbaik. Hasil tidak akan jauh dari usaha, tapi usaha yang dilakukan dengan cara benar.”
Waktu pelajaran Matematika berakhir dan lonceng tanda istirahat sudah terdengar, semua anak bersalaman pada Pak Burhan dan permisi untuk istirahat. Bintang melangkah pelan dari bangku tempat duduknya di pojok belakang.
“Ada apa, Bintang? Sepertinya kamu ada masalah atau ada yang ingin kamu sampaikan?” tanya pak Burhan.
Dengan suara lirih dan kepala menunduk, Bintang berkata, “Maafkan Bintang, Pak. Bintang berbohong dengan jawaban tadi. Bintang juga minta maaf karena curang saat mencontek dari catatan yang sudah saya siapkan.”
Dengan tersenyum dan sambil menepuk pundak Bintang, Pak Burhan berkata, “Bapak senang dengan keberanianmu menyampaikan kejujuran. Bapak berpesan, kunci keberhasilan adalah apa yang sudah kau utarakan di depan kelas tadi. Jadi, untuk selanjutnya, Bapak ingin kau buktikan kata-kata yang kau ucapkan tadi. Bukan hanya pada pejaran ini, gunakan pula untuk pelajaran lain.”
Dengan mata berkaca-kaca, Bintang menyalami Pak Burhan sambil berkata,”Saya malu, Pak. Seharusnya Anton yang terbaik, bukan saya. Kini, saya berjanji tidak akan mengulami kecurangan ini. Saya janji lebih giat belajar dan berlatih.”
Pak Burhan kembali menepuk-nepuk pundak Bintang, “Buktikanlah, Nak. Dengan kejujuran, giat belajar dan berlatih, maka kamu pasti akan berhasil.”
Kegigihan semangat belajar dan berlatih serta kejujuran akan berbuah manis dengan hasil yang memuaskan dan lebih berkesan, daripada keberhasilan dari kecurangan yang hanya berbuah ketidakpuasan.
Penulis cerpen adalah guru MI Hidayatullah Mubtadiin, Parengan, Tuban.