Buku Rapor

Oleh: Moh. Husen

MEPNews.id – Tidak semua orang suka menjadi guru. Lha wong terkadang menjadi kuli bangunan atau Gojek saja nikmatnya luar biasa ketimbang menjadi guru. Hal ini bukan berarti profesi guru tidak enak. Semua pekerjaan itu enak dan mulia. Apalagi kuli bangunan. Sangat mulia. Bisa dibayangkan kalau semua orang menjadi guru dan tidak ada kuli bangunan; gedung-gedung mercusuar tentunya tak pernah ada. Apalagi gedung sekolahan.

Maka, betapa mengagumkan tatkala semua orang tua kini rela menjadi guru mirip-mirip guru formal di sekolah demi anaknya yang harus belajar di rumah selama pandemi COVID-19 masih berseliweran. Kalau orang tua menjadi guru bebas dengan kurikulum yang dibuat si ortu sendiri, masih mending. Orang tua punya cara sendiri dalam mendidik anak. Meskipun menurut “madzhab guru sekolah” sering dianggap keliru.

Kalau orang tua mengajari anaknya menanam padi di sawah atau mencari ikan di laut, oleh guru sekolah bisa disebut sebagai bukan mendidik anak. Yang disebut mendidik anak itu adalah mengajari serangkaian mata pelajaran yang ada di buku rapor sekolah. Itulah ilmu. Selain itu bukan ilmu sehingga bukan hal yang mulia dan tak berderajat tinggi.

Bahwa Allah akan mengangkat derajat orang beriman dan berilmu, bisa jadi ilmu disitu menurut “lazimnya ilmu persekolahan” dipersempit sebagai hanya ilmu yang ada di buku rapor atau di mata pelajaran mahasiswa. Semua yang di luar mata pelajaran yang ada di rapor bukan ilmu. Kalau ada tutorial cara membuat kopi, jangan disebut sedang mengamalkan ilmu dan jangan mimpi akan berpahala yang mengalir hingga meninggal dunia kelak. Sebab tak ada di buku rapor.

Betapa mulianya tukang tambal ban. Mereka sama mulianya dengan guru. Mungkin pakaian tukang tambal ban itu kotor dan kumuh, wajahnya kurang bersih sehingga tampak tak ada cahayanya. Kalau guru selalu bersih dan bersinar seakan terlihat bagai pancaran cahaya Tuhan. Oalah, seakan-akan dalam diri manusia tak ada ruhani, sehingga celakalah bagi kaum yang kumuh jasmani.

Padahal bukankah hamparan jari jemari tukang tambal ban dalam mencari celah ban yang bocor kemudian menambalnya merupakan hamparan sulaman cahaya ilmu yang dituang secara berlimpah-limpah tak terkirakan, sehingga “bocornya akal sehat” bisa diperbaiki kembali agar berjalan sebagaimana mestinya?

So, tatkala ada seorang guru yang mencibir: “Kasihan anak itu. Dia tidak dididik oleh orang tuanya.” Jika yang dimaksud hanya karena orang tuanya bisanya mengajari bercocok tanam dan tidak bisa mengajari anaknya mata pelajaran seperti yang tertulis dalam buku rapor sekolah, sepertinya guru tersebut merupakan potret cara berfikir yang harus segera ditambal oleh sikap rendah hati bahwa belajar jangan sampai berhenti hingga mati.

(Banyuwangi, 6 Januari 2021)

Facebook Comments

Comments are closed.