Oleh: Moh. Husen
MEPNews.id–Hanya Nabi Isa alaihissalam yang diberi mukzijat oleh Allah bisa bicara ketika baru lahir. Nabi Isa menyatakan bahwa ia adalah utusan Allah, kelahirannya yang tanpa ayah merupakan kehendak Allah, dan ibunya bukanlah seorang pelacur.
Akan tetapi dalam dini hari bulan Ramadhan, seorang penikmat kopi hitam mulai kambuh nakalnya. Dia sok protes. Dia menulis dalam catatannya bahwa semua bayi itu bisa berbicara dengan caranya sendiri. Hanya saja orang dewasa meremehkannya, tidak mau mempelajarinya.
Dalam catatannya itu dia menulis bahwa jangan berharap seorang bayi bisa ngomong persis kayak orang dewasa. Bayi ya begitu itu ngomongnya. Tuhan mengajari kita sebuah tahapan yang rasional dan manusiawi melalui tahapan bayi terlebih dahulu. Bayi butuh dimengerti dan difahami oleh orang dewasa.
Uniknya, dia menggugat dalam catatannya itu: “Apakah bayi juga bisa protes mengenai ketidakadilan, keserakahan, kesombongan, kecurangan, kesewenang-wenangan dalam lingkungan sekitarnya?”
Dia jawab sendiri: “Bisa!”
“Hanya saja,” lanjutnya, “bahasa yang digunakan ya bahasa bayi. Tidak bisa disamakan seperti orang dewasa. Bahasanya orang dewasa pun berbeda-beda. Cara protesnya orang miskin jangan disamakan dengan orang kaya. Orang kaya bisa dengan gampang protes terang-terangan membodoh-bodohkan orang lain. Sedangkan orang miskin bahasa yang disampaikan malah penuh simbolisme seperti bayi, yang terkadang baru bisa diketahui kemarahannya jika si bayi membanting sangat keras mainannya sendiri.”
Dia masih meneruskan catatannya: “Kita sering sekali tidak pernah memahami bahasa orang kecil. Emang kuat kalau orang kecil berkata apa adanya? Emang tidak gengsi jika dinasehati orang kecil? Bukankah kesalahan bisa disebut kesalahan hanya berlaku bagi orang kecil? Bukankah keberanian menginjak hanya kepada orang kecil?”
Kemudian karena sudah larut dan dia harus istirahat meskipun sebentar sebelum sahur, catatannya segera diakhiri: “Makanya kita harus tumbuh. Jangan jadi bayi terus. Bukan supaya bisa semena-mena kepada orang lain. Tapi setidaknya, dengan menjadi dewasa, kita bebas ngopi hingga dini hari. Kalau bayi kan masih nggak boleh ngopi. Bisanya hanya nyusu saja, hehehehe…”
(Banyuwangi, 4 Mei 2020)