Oleh: Nurul Yani
MEPNews.id – Untuk melengkapi aktivitas ekstrakurikuler, Pramuka SMAN Pulau Ende di Nusa Tenggara Timur menggelar perkemahan di halaman sekolah. Acara tiga hari dua malam ini untuk memperkuat mental dan kedisiplinan peserta.
Hari pertama, kami harus datang tepat pukul 07.00 untuk gladi apel pagi. Sebelum apel, kami memenuhi semua persyaratan dari para kakak pembina. Kami harus mengenakan pakaian Pramuka lengkap. Jika tidak, kami dipulangkan untuk cari perlengkapanya sampai dapat.
Setelah apel, kami ikuti upacara pembukaan perkemahan. Saat upacara, ada amanat-amanat yang disampaikan pembina upacara.
Sehabis upacara, kami bergegas ke tenda yang sudah disiapkan. Kemudian kami lanjutkan dengan kegiatan lain. Dalam kegitan, kami membawa sebutir telur yang harus kami jaga setiap hari. Maka, dalam tiga hari kegiatan, kami harus menjaga telur selama tiga hari.
Sorenya, kami diberi materi tentang literasi yang dibawakan Pak Hif Hifni. Saya tidak tahu materi apa yang diberikan pada teman-teman lelaki. Sebab peserta perempuan dan laki-laki dipisahkan dalam kelompok masing-masing.
Setelah istirahat dan bersih-bersih, kami sholat magrib berjamaah. Lalu sholat isya berjamaah. Setelah itu, kami lanjut dengan kegiatan debat. Kelas 12 debat melawan kelas 12, kelas 10 lawan 10. Tapi, kelas 11 tidak ikut sebab tidak ada lawan. Mereka ada yang mau, ada juga yang tidak. Sehabis debat, kami bergegas tidur.
Kami bagun pukul 02:00 untuk sholat tahajud bersama-sama. Dalam renungan malam, kami diminta mengingat orang tua; yang kandung maupun guru. Betapa air mata berlinang, suara sesenggukan tangisan terdegar di tengah malam, saat kami mengigat orang tua. Memilukan, tapi itu bermanfaat. Semoga kami bisa memperlakukan orang tua dengan lebih baik.
Subuh tiba, kami sholat berjamaah di masjid. Setelah itu, kami bersiap untuk kegiatan selanjutnya. Pagi, kami apel kemudian persiapan hiking. Sebelum berangkat, kami harus menampilkan yel-yel yang telah kami buat sebelumnya.
Dalam perjalanan hiking, kami harus melewati delapan pos. Setiap pos memiliki pertanyaan dan tantangan berbeda. Jika kami salah menjawab atau tidak menjalankan tantangan, maka kami mendapat hukuman. Tapi, hukumannya tidak menyiksa. Hukumannya dibuat unik dan lucu. Tak pelak, terjadi keseruan yang sungguh menyenangkan.
Di Pos 1, sebelum diberi pertayaan, kami diminta penjaga pos melakukan persiapan barisan. Kami diminta memilih sendiri nomor pertanyaan yang akan kami jawab. Jika tidak bisa menjawab, akan dikenakan hukuman squat jump 10 kali.
Di Pos 2, kami diberi pertayaan tapi tanpa memilih nomor. Hukumnya meneriakkan yel-yel.
Di Pos 3, kami juga diberi pertayaan. Hukumanya, pipi diolesi alu (ubi yang sudah dihaluskan) dan diberi kayu bundar untuk ditaruh di leher.
Di Pos 4, tantangannya adalah memecahkan teka-teki sandi MARAGOS. Jika gagal, hukumannya adalah goyang joget sampai heboh dan diberi kepala nenas. Jika gagal, harus teriak sampai pos 5.
Di Pos 5, tantanganya juga memecahkan sandi yang berbeda. Jika gagal, hukumannya pipi diolesi make up merah abu-abu.
Di Pos 6, tantangannya menjawab pertayaan lagi. Jika gagal, hukumannya adalah pipi diolesi lipstik.
Di Pos 7, tantanganya memecahkan teka-teki sandi. Kami disuruh balik belakang, lalu penjaga pos menyembunyikan kertas 1 lembar berisi sandi. Setelah disembuyikan, kami disuruh mencari kertas tersebut dan harus memecahkan sandinya. Jika gagal, pipi diolesi terigu campur air.
Di Pos 8, tantangannya adalah dihadapkan pada hewan biawak untuk menakut-nakuti kami. Lalu kami berenang di laut dan guling badan di pasir pantai. Setelah semua selesai, kami bersih-bersih untuk persiapan sholat duhur.
Sore hari, tiba kami bersiap untuk upacara api unggun. Setelah upacara, ada berbagai hiburan dan kejutan. Salah satunya, di tengah malam, para kakak pembina membuat prank. Mereka berteriak-teriak, saling menyalahkan, dan tampaknya mau berkelahi.
Akibatnya, beberapa peserta mulai takut dan ingin pulang. Saat ketegangan makin memuncak, lalu kakak pembina yang bertanggung jawab atas kegiatan itu keluar. Setalah itu ia membongkar semua bahwa perkelahian itu cuma prank.
Berikutnya, tidak ada yang menyangka masih ada lagi prank untuk calon PENEGAK LAKSANA dan BANTARA. Aku termasuk salah satu yang kena prank malam itu. Betapa takutnya kurasa saat aku diusir, dimarahi. Seolah-olah mereka kecewa pada kami.
Kami yang di-prank sampai-sampai menangis berguyur air mata. Malam itu seolah kami dalam film. Ada peran antagonis, protogonis, pembantu, dan lainnya. Sayangnya, tidak ada satu pun yang merekam kejadian itu. Padahal itu bagian paling seru saat perkemahan.
Setaelah itu, kami kembali ke tenda untuk berkemas. Kami dijemput kembali untuk ke lapangan tempat api unggun. Setelah dibina, diuji dengan hiking dan prank, kami diberikan jabatan Penegak. Betapa mengharukan namun menegangkan malam itu.
Setalah itu, kami disuruh istirahat. Para penegak laksana menjalankan tugas menjaga kami. Sebagian bakar-bakar jagung di bekas api unggun. Sebagian lainnya asyik berbincang. Ada juga yang main party dalam tenda.
Pagi pun tiba. Kami beres-beres dan melakukan upacara penutupan. Setelah itu, kami membongkar tenda, mengembalikan bambu yang tadi kami gunakan untuk membagun tenda, dan membersihakn halaman sekolah.
Kemudian, kami mendapat pemberitahuan libur satu hari untuk istirahat, lalu kembali ke sekolah untuk kerja bakti dan menunggu pembagian rapor. Sementara, piagam-piagam belum sempat diberikan kepada yang berhak mendapatkan.
Setelah itu, kami pulang ke rumah masing-masing membawa ransel berisi pakaian. (*)