Oleh: Esti D. Purwitasari
mepnews.id – “Sis, aku stres banget,” begitu suara Sandra saat saya terima teleponnya.
“Ada apa?” tanya saya mencoba mengetahui permasalahannya.
“Karena work from home, rasanya semua jadi kacau. Pas lagi kerja, tiba-tiba anak minta perhatian. Sudah gitu, selalu saja ada urusan rumah yang harus segera dibereskan. Balik ke urusan kerja, malah kebawa stres karena deadline yang belum selesai.”
“Loh, koq gitu? Kan kamu sendiri yang mengajukan izin WFH agar bisa dekat anak-anak?”
………..
Pembaca yang budiman, beberapa hal yang disukai dari WFH antara lain hemat waktu perjalanan, bisa pakai sandal jepit saat meeting, bisa langsung ke meja makan sendiri saat lapar, bisa main sama anak. Namun, di sisi lain, melemahnya batas antara pekerjaan dan kehidupan rumah tangga bisa membuat kita jadi tidak nyaman.
Untuk Sandra, saya menenangkan bahwa sangat mungkin untuk bisa menikmati WFH dengan memisahkan antara urusan pekerjaan dengan kehidupan rumah tangga. Ada penelitian baru yang membuktikan, pekerja yang lebih senior dan berpengalaman bisa lebih berhasil dibandingkan dengan pekerja yang baru saja mengalami WFH.
Menurut para peneliti dari Departemen Psikologi Universitas Groningen di Belanda, pekerja dengan usia lebih senior punya lebih banyak praktik yang bisa memperkuat batasan antara urusan pekerjaan dan ranah pribadi. Pintar menjaga batasan antara kedua domain ini ketika WFH bisa menghasilkan produktivitas lebih besar sekaligus menjaga keseimbangan antara work dan life.
Dua studi oleh Susanne Scheibe dan kawan-kawan menunjukkan, jika pekerja semakin sering menggunakan taktik ‘manajemen batas’ maka semakin sedikit pekerjaan tak terselesaikan dan semakin baik mereka menilai keseimbangan antara work dan life.
Terus, bagaimana cara menjaga batasan antara urusan pekerjaan dan urusan rumah tangga saat WFH? Studi ini juga menawarkan beberapa taktik praktis untuk mengelola batasan itu.
- Taktik fisik: Menggunakan ruang kerja khusus di rumah. Kita harus menggunakan perangkat terpisah (seperti ponsel atau laptop) untuk bekerja dan untuk aktivitas pribadi.
- Taktik perilaku: Menghindari memeriksa email, pesan, dan/atau panggilan terkait pekerjaan selama waktu pribadi. Juga, jangan memberikan nomor telepon pribadi Anda kepada rekan kerja untuk mendiskusikan masalah terkait pekerjaan.
- Taktik temporal: Menetapkan waktu di kalender kapan harus memulai dan kapan harus menyelesaikan pekerjaan. Juga, menggunakan sistem pencatatan untuk mencatat dan memantau jumlah waktu yang dihabiskan bekerja.
- Taktik komunikatif: Berbagi kalender kerja Anda dengan anggota tim, bawahan, dan supervisor sehingga mereka tahu kapan Anda tidak bekerja. Komunikasikan preferensi Anda tentang cara menangani keadaan darurat selama waktu pribadi.
Menerapkan kombinasi taktik batasan ini dapat membantu Anda mempertahankan manfaat WFH sekaligus meningkatkan produktivitas dan keseimbangan antara work dan life.
Yuk, dicoba…