Oleh: Lia Kusuma Wardani, S.Pd.
mepnews.id – Apakah semua sudah di-handle oleh Google?
Di sini saya mencoba memposisikan bagaimana Al Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan dari segala peradaban di dunia. Lalu, bagaimana Al Qur’an menjawab tantangan pendidikan di Abad 21.
Abad 21, termasuk saat Indonesia memasuki usia 100 tahun, tak lepas dari peran teknologi. Nah, ada setidaknya tiga surat dalam Al Qu’an yang terkait Abad 21. Hati dan tubuh saya gemetar saat membaca terjemahan dan tafsir dari ketiganya.
Tiga surat tersebut adalah Surat Al Alaq ayat 1-5, Surat Ar Rohman ayat 33 dan Surat Al Hadid ayat 25. Saat tiga surat tersebut dihubungkan, ada tiga kata kunci yang saya dapat dan bisa menjawab tantangan pendidikan Abad 21.
Tiga kata kunci tersebut adalah; literasi (Al Alaq : 1 – 5), knowledge/Sains (Ar Rahman : 33), dan teknologi (Al Hadid : 25). Tiga kata kunci tersebut bisa kita jadikan pilar atau pondasi untuk mengembangkan dunia pendidikan Indonesia khususnya tahun 2045.
Untuk menciptakan pendidikan yang mampu berdaya saing tentu dibutuhkan pengetahuan luar biasa. Pengetahuan tersebut bisa didapatnya dari literasi. Literasi di segala bidang; bahasa, sains, teknologi, seni, finansial, dan yang lainnya.
Al Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan dan sains, bukanlah hal yang baru. Banyak ilmuan terdahulu yang menunjukkan temuannya bersumber dari Al Qur’an. Kitab ini memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia segala zaman. Informasi yang sudah diketahui maupun belum diketahui.
Disebutkan berulang-ulang dalam beberapa ayat Al Qur’an dengan tujuan manusia befikir dan berusaha melakukan observasi maupun berbagai uji penelitian ilmiah tentang peristiwa atau kejadian di seluruh jagat raya. Dari hasil sains, manusia bisa menciptakan berbagai macam teknologi bermanfaat.
Kata kunci ketiga adalah teknologi. Dalam surat Al Hadid ayat 25 dijelaskan, Allah menciptakan besi yang akan memberikan manfaat luar biasa bagi manusia. Besi merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan untuk membuat alat bantu teknologi. Alat-alat teknologis tersebut sangat dibutuhkan untuk menjawab semua pertanyaan dan tantangan tentang peristiwa atau keajaiban di dunia ini baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi.
Kembali ke tiga kata kunci; Literasi, Sains dan Teknologi. Tiga hal tersebut memiliki hubungan sangat erat. Pengetahuan tidak akan diperoleh manakala tidak ada literasi. Teknologi tidak akan tercipta tanpa adanya literasi dan sains.
Untuk mewudkan tiga hal tersebut, tentunya ini mejadi PR dan tantangan bagi dunia pendidikan. Bagaimana dunia pendidikan mampu menciptakan generasi yang memiliki tiga pilar tersebut?
Abad 21 menjadi tantangan tersendiri khususnya bagi dunia pendidikan. Tahun 2020, kita dikejutkan peristiwa wabah COVID-19 yang mendunia. Sekitar dua tahun kita hidup bersama wabah virus tersebut.
Dunia pendidikan sempat geger. Bagaimana pendidikan anak-anak? Berbagai konflik timbul. Namun, banyak bermunculan invasi-inovasi di segala aspek.
Kecanggihan teknologi sangat membantu di masa pandemi. Di dunia pendidikan, teknologi sangat dibutuhkan khususnya dalam kegiatan pembelajaran.
Di masa wabah, kita semua tahu betapa sibuknya mesin Google menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan para orang tua dalam membimbing putra dan putrinya belajar. Ramai juga konten-konten di YouTube. Orang tua dan anak berebut sinyal atau kuota internet.
Namun, apakah semua itu sudah mampu atau berhasil mengatasi kebutuhan pendidikan anak sebagai generasi penerus bangsa?
Lembaga sekolah tetap memiliki peran sangat penting. Sekolah bukan hanya sebagai sarana pentransfer ilmu pengetahuan, namun juga menyiapkan generasi penerus bangsa yang memiliki pondasi Literasi, Sains dan Teknologi yang kelak mampu bersaing di segala bidang.
Pendidikan di zaman modern memiliki banyak fasilitas teknologis. Televisi, komputer, berbagai macam gadget dan teknologi baru lainnya. Semua memberi berbagai kemudahan bagi penggunanya. Namun, teknologi akan membawa kerugian manakala pengguna tidak memanfaatkannya dengan tujuan yang baik.
Maka, dibutuhkan pemahaman melalui pendidikan karakter. Dengan adanya pendidikan karakter, pola pikir dan kebiasaan manusia dapat diubah. Orang Cina mampu menciptakan berbagai macam teknologi canggih dan luar biasa. Sejak dini mereka memang dibiasakan membaca buku, senang melakukan observasi dan dilatih selalu berinovasi.
Maka, sudah saatnya kita merubah tatanan atau gaya dunia pendidikan. Kita bisa belajar dari berbagai negara-negara maju bagaimana menciptakan generasi maju, generasi yang mampu menjawab tantangan Abad 21.
Sekolah-sekolah sudah saatnya menggunakan fasilitas-fasilitas teknologi sebagai salah satu media maupun sumber belajar seperti perpustakaan digital, atau kelas digital dan lain-lain. Sudah saatya sekolah mengubah dan menciptakan berbagai macam strategi pembelajaran.
Bukan hanya calistung sebagai dasar namun dibutuhkan ketrampilan-ketrampilan dasar STEAM (Science, Technology, Engineering, Art & Mathematics). Juga, ketrampilan bagaimana anak-anak berani bertanya, berusaha menyelesaikan masalah yang timbul, berani bereksplorasi melakukan observasi dan sebagainya. Kemdikbud punya AKM (Asesmen Kompetensi Minimum). Hal tersebut juga merupakan salah kebutuhan dasar dan wajib dipahami dan dimiliki generasi penerus bangsa.
Di samping ketrampilan dasar STEAM, juga dibutuhkan ketrampilan-ketrampilan hidup sehari-hari (life skill), ketrampilan belajar (literacy skill), bersosial dan bagaimana mengekspresikan emosi (learning skill).
Dengan adanya berbagai macam terobosan di dunia pendidikan yang diciptakan sekolah, diharapkan muncul generasi-generasi baru yang unggul dan mampu berdaya saing menciptakan berbagai macam teknologi dan temuan-temuan baru.
Ada ungkapan menarik dari Profesor Muchlas Samani dalam bukunya yang berjudul Semua “Dihandle” Google Tugas Sekolah Apa? Ditulis di buku tersebut istilah The 21 Century Skills: Learning for Life in Our Time.
Dari sebuah riset, ada tiga kemampuan yang dibutuhkan di abad 21, yaitu: Learning and innovation skills, Media and Technology skills, dan life and career skills. Jika riset tersebut kita hubungkan dengan tiga kata kunci di atas (Literasi, Sains dan Teknologi), ada hubungan cukup erat dan tujuan yang sama.
Tentu tidak mudah mengubah sesuatu dari pola lama dengan hal yang baru. Namun jika hal baru tersebut tidak dimulai dari sejak dini, maka kita tidak akan pernah menemukan dan menjawab tantangan. Peran serta teknologi tidak bisa kita lepaskan dari dunia pendidikan. Yang tak kalah penting, bagaimana cara atau upaya kita memanfaatkannya dengan baik, menggunakannya sebagai media untuk mendapatkaan informasi sebanyak-banyaknya, sehingga mampu menciptakan sesuatu yang baru.
- Penulis adalah guru SD di Pasuruan, Jawa Timur.