Guru Masa Depan Itu…

Oleh: Rina Firliansjah

mepnews.id – Dikatakan Ki Hajar Dewantara, “Semua orang bisa menjadi guru dan semua rumah bisa dijadikan sekolah.”

Karena pandemi COVID-19, semua aktivitas pendidikan dilakukan secara online. Tak pelak, muncul istilah-istilah baru semacam new normal for education atau new schooling. Pembelajaran dengan sistem online juga punya banyak istilah. Daring (dalam jaringan), PJJ (pembelajaran jarak jauh), BDR (belajar dari rumah). Istilah-istilah baru ini sebagian akan dilanjutkan pada tahun 2045 sesuai dengan kebutuhan.

Dengan diberlakukannya belajar daring, diam-diam masa depan dunia pendidikan datang lebih cepat dan membuka mata lebih nyala. Guru sebagai garda terdepan pendidikan harus memiliki kemampuan dan ketrampilan bagaimana dapat menciptakan hasil pembelajaran secara optimal dalam era new schooling, memiliki kepekaan dalam membaca tanda-tanda zaman, serta memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju, dan tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang sudah ada padanya.

Hal yang akan menjadi titik perhatian kita adalah bagaimana merancang guru di era new schooling. Bagaimana figur guru masa depan di era new schooling seperti yang diidamkan banyak pihak? Di antaranya adalah:

  1. Bisa Merencanakan (Planner)

Dalam pembelajaran online, guru masa depan harus bisa merencanakan pembelajaran yang sangat berbeda dengan pembelajaran tatap muka atau langsung. Diupayakan guru bisa merencakan pembelajaran yang ringan tapi bermakna. Pembelajaran ringan itu tidak memberi materi dan tugas yang dapat membebani siswa dan orang tua. Meski ringan, isi pembelajaran tetap bermakna tepat sasaran yang kelak bermanfaat bagi kehidupan siswa. Pembelajaran yang ringan juga bisa diartikan dalam banyak hal. Antara lain, tidak membuat siswa jenuh dan bosan selama pembelajaran, tetapi mereka bisa mendapatkan hak berupa pengetahuan sesuai kompetensi yang diberikan pemerintah. Untuk orang tua, pembelajaran ringan ini tidak terlalu membebani dalam hal penyediaan kuota internet. Jadi, guru harus bisa merencanakan pembelajaran online yang tepat dan efisien, serta mengupayakan bagaimana orang tua bisa mendampingi siswa belajar.

  1. Bisa berinovasi (Inovator)

Inovator itu berarti memiliki kemauan melakukan pembaharuan dengan memanfaatkan bermacam digital tools, menyelenggarakan kelas online menggunakan aplikasi WhatsApp, Goggle classroom¸ Google meet, Zoom, Webex, Microsoft teams, penerapan kurikulum yang memperkuat model multidisiplin, dan harus bisa mengkolaborasikan berbagai metode. Di antaranya, guru bertindak sebagai tutor jarak jauh, murid dapat belajar secara daring dengan bimbingan guru, dan orang tua. Walau pembelajaran daring tidak seefektif pembelajaran tatap muka, guru harus dapat mencari cara dan menyiasati bagaimana agar kualitas belajar tetap baik. Untuk menghasilkan kualitas belajar siswa yang terbaik, Pak Nadiem Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, “Guru harus terus berinovasi dan meningkatkan metode pengajaran setiap saat.” Konsep ‘Merdeka Belajar’ yang direncanakan Pak Nadiem membuat guru lebih leluasa membuat inovasi pembelajaran kreatif. Di masa depan, bahkan guru mungkin juga menemukan teknologi kegiatan belajar mengajar yang lebih interaktif atau virtual meeting dengan 3D dan hologram.

  1. Memberi motivasi (Motivator)

Motivator artinya guru masa depan memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar, dan tentunya juga memberi motivasi kepada siswa untuk belajar dan terus belajar. Tidak dipungkiri, pembelajaran online yang sudah dilakukan siswa sejak Maret 2020 membuat siswa jenuh karena berada di rumah tapi harus belajar. Bagaimana upaya guru agar bisa memotivasi siswa meningkatkan diri lewat pembelajaran online? Salah satunya, guru bisa memanfaatkan penggunaan media yang menarik sehingga membuat siswa tertarik kepada pembelajaran. Dalam hal ini, guru bisa membuat atau menggunakan animasi atau membuat game edukatif untuk mendukung pembelajaran online. Tidak hanya itu, guru juga harus mampu memotivasi siswa belajar dan terus belajar agar cita-cita serta harapan mereka dapat tercapai melalui proses belajar yang efektif dan produktif.

  1. Pribadi yang Cakap (Capable personality)

Maksudnya, guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan, serta sikap yang mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif. Guru berkemampuan menyelenggarakan pendidikan yang membantu siswa berkembang secara akademis, fisik dan psikis, dengan menyeimbangkan antara old knowledge dengan mekanisme digital. Pengetahuan dan ketrampilan guru bisa diasah dengan mengikuti webinar atau diklat tentang IT, membuat media pembelajaran interaktif, membuat administrasi pembelajaran yang disesuaikan dengan era new normal.

  1. Pengembang kurikulum (Curriculum Developer)

Ini artinya guru masa depan dituntut mampu berperan sebagai agen perubahan atas kurikulum pembelajaran. Apalagi di era pandemi ini ada perampingan kurikulum yang sudah berjalan. Guru juga mau terus mengembangkan diri, dan mau pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada siswa dan pada semua orang. Guru masa depan haus menimba ketrampilan, dan bersikap peka terhadap perkembangan IPTEK. Misalnya, mampu dan terampil mendayagunakan komputer, internet, dan berbagai model pembelajaran multi media, meningkatkan kemampuan literasi secara digital. Di era new normal, jarak tidak lagi menjadi penghambat terlaksananya pembelajaran. Pada era baru pendidikan, setiap murid akan dapat memilih jenis pelajaran yang ingin mereka ambil. Bisa di jagad nyata atau di alam maya.

  1. Komunikator

Secara umum, kita mengenal teori komunikasi  sangat  mendasar  dari  Shannon  dan  Weaver. Dalam proses komunikasi, ada sumber, ada pesan, ada media, dan ada penerima. Keempat elemen tersebut sangat sederhana namun pada prakteknya tidaklah sesederhana itu. Di balik komponen tersebut ada kondisi-kondisi yang harus dipertimbangkan untuk membuat komunikasi menjadi efektif. Contoh paling sederhana adalah dalam pembelajaran online sekarang. Kita memerintahkan siswa mengerjakan tugas-tugas belajarnya dan hasilnya harus dikirim hari ini juga pukul 12.00. Pada kenyataanya, pesan atau perintah tersebut hanya dilakukan 75% siswa. Yang lain tidak mengirim tugasnya dengan berbagai alasan. Hal ini bisa dikarenakan banyaknya faktor komunikasi yang mempengaruhi efektifitas pesan tersebut. Jadi pola komunikasi bermedia memang tidak bisa disamakan dengan tatap muka. Sifatnya non personal walaupun dua orang. Karena media yang digunakan atau memisahkan, tanda-tanda sosial tidak menyertainya. Oleh karena itu, tutur kata yang dituangkan dalam pesan bermedia harus dibuat agar dimaknai oleh penerimanya. Hal ini memerlukan daya imajinasi cukup tinggi. Begitu juga diperlukan peran penting orang tua sebagai penyampai materi dari guru ke siswa.

Sebenarnya, COVID-19 adalah penghantar tercepat dan terjitu menuju masa depan pendidikan berbasis teknologi online. Pembelajaran daring bisa memunculkan guru-guru yang siap menampaki dunia digital. Dengan demikian, guru dituntut mampu merancang dan mendesain pembelajaran daring melalui presentasi video, animasi, slide, buku teks, evaluasi berbasis online. Guru juga harus mampu memilih dan membatasi aplikasi yang cocok pada materi dan metode belajar yang digunakan.

Ya…. sepatutnya kita tidak menakuti pandemi ini. Malahan, pandemi ini membuat dunia pendidikan berubah secara radikal menuju era 5.0. Hanya saja, siapkah kita menjadi guru masa depan?

__________

Rina Firliansjah adalah pendidik di SD Negeri 1 Kalirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.

Facebook Comments

Comments are closed.